Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Sejarah Angkringan Pak Gik yang Legendaris di Semarang Sejak Tahun 1967

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung memadati Warung Sego Kucing Pak Gik Jalan Gajahmada Kota Semarang, Sabtu (27/7/2019) petang.

Karena kalau kita memberi banyak, maka kita akan diberi lebih banyak juga,” ujar Dwi.

Sejarah angkringan Pak Gik yang legendaris di Semarang

Pak Gik mendirikan angkringannya sejak 1967 di Jalan Gajah Mada Semarang.

“Dulu awalnya belum gerobak, masih dipikul.

Jualannya sejak usia 14 tahun bersama temannya, jual teh yang sekarang terkenal, ronde, dan jajanan jawa tradisional.

Secara perlahan, jumlah pembelinya semakin bertambah hingga akhirnya seperti sekarang ini.

“Semua kalangan bahkan pejabat, petinggi anggota Kepolisian, dan lain-lain tak malu datang ke angkringan sederhana ini,” kata Dwi menceritakan kisah Pak Gik.

Angkringan atau juga biasa disebut hik itu sangat sederhana.

Warung tenda angkringan seperti biasa dan tidak terlalu besar.

Hampir setiap hari saat belum pandemi, angkringan itu selalu dipenuhi pengunjung.

Sejumlah pengunjung tidak hanya menyantap menu tersebut di warung.

Tak sedikit yang memilih membawa makanannya ke trotoar Jalan Gajahmada.

Kemudian menyantapnya sambil lesehan menikmati suasana malam di Semarang.

Menu yang tersaji  nasi kucing dengan isian nasi pindang, nasi ati ampela, nasi rica ayam, nasi telur hingga nasi kering tempe yang dibungkus kertas.

Disebut nasi kucing lantaran porsinya yang relatif kecil dan sedikit, tidak jauh dengan porsi makan kucing.

Halaman
1234