Dikutip TribunTravel dari laman Soranews, Jumat (21/5/2021), baru-baru ini fusedon sering terlihat dalam budaya populer di Jepang melalui tokoh dan karakter game atau anime yang membalikkan mangkuk setelah selesai makan.
Kenapa mangkuk yang disediakan di meja ditata dengan cara dibalik dan haruskah itu dibalik lagi setelah makan?
Fusedon tidak hanya dilakukan pada mangkuk nasi saja, tapi juga mangkuk hidangan besar seperti omuraisu (nasi omelet).
Menurut masyarakat Jepang, fusedon dimaksudkan untuk menunjukkan rasa terimakasih kepada koki.
Mangkuk yang dibalik setelah makan artinya benar-benar kosong.
Hal ini menunjukkan setiap suap terakhir dari makanan yang tersaji benar-benar dinikmati dan dihabiskan semua.
Namun, sebagian orang juga tidak setuju dengan cara makan ini.
Bagi mereka, fusedon terlihat kurang bersih, berantakan dan menyulitkan staf restoran membersihkan mangkuk terbalik setelah makan.
Meski mangkuk yang dibalik sudah kosong, sisa-sisa bumbu makanan yang menempe justru bisa mengotori meja.
Menariknya, baru-baru ini seorang pengguna Twitter @nomoretakuan membagikan foto panduan etiket makan di Jepang pada periode Showa.
Unggahan akun @nomoretakuan yang diunggah 21 Maret 2021 lalu telah memberi jawaban serta pencerahan bagi warganet yang bertanya-tanya soal etiket makan di Jepang membalikkan mangkuk setelah selesai makan.
Panduan etiket ini dikeluarkan oleh Dewan Pendidikan tahun 1938 sebagai bahan ajar untuk sekolah menengah.
Pada panduan ini dijelaskan seseorang tidak boleh membalik "chawan" (cangkir teh atau mangkuk nasi) setelah mereka makan dan minum.
Jadi, jika kamu menghabiskan makanan hingga bulir nasi terakhir atau menyesap kuah kaldu hingga tetes terakhir dari mangkuk ramen, kamu tidak perlu membalikkan mangkuk sebelum meninggalkan meja.
Sama seperti mencampur wasabi dengan kecap asin, cara ini sangat tidak disukai koki.