TRIBUNTRAVEL.COM - UMKM Nasi Kuning Bu Musri (55 tahun) terletak di Jalan Ratna, tepat di depan Griya Pande Tonja.
Usaha ini telah dijalankan oleh Bu Musri sejak tahun 2001 sampai sekarang.
Setiap harinya, Bu Musri bersama keluarganya memulai aktivitas usaha mereka dengan penuh dedikasi dan kerja keras.
Baca juga: Itinerary Bali 3 Hari 2 Malam Bujet Rp 1,7 Juta, Perjalanan Naik Bus dari Terminal Bungurasih
Baca juga: 5 Tempat Makan Nasi Kuning Buat Sarapan Enak di Jogja
Setiap sore, Bu Musri bersama suami dan anak-anaknya mulai berbelanja bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak nasi kuning.
Mereka membeli ayam, tempe, kacang, telur, dan bahan-bahan lain yang menjadi bagian dari sajian nasi kuning yang khas.
Aktivitas memasak dimulai pukul 3 pagi, di mana mereka mempersiapkan segala kelengkapan seperti memasak nasi, mengiris dan menggoreng tempe, serta membuat jajan-jajan tradisional.
Proses persiapan ini dilakukan dengan teliti agar semua makanan siap dijual mulai pukul 6 pagi hingga 10 pagi.
Bu Musri mengenang masa-masa awal usahanya dengan penuh kebanggaan.
"Dulu waktu awal-awal saya jualan, masih belum ada saingannya. Setiap hari selalu ramai, biasanya jam 8 pagi saja sudah habis," katanya.
Pada masa itu, Bu Musri mampu menjual hingga 25 kilogram nasi kuning setiap harinya.
Baca juga: Itinerary Wisata Kuliner Bali 3 Hari 2 Malam, Siapkan Bujet Rp 2,6 Juta Aja
Baca juga: 5 Makanan Khas Bali yang Wajib Dicoba, dari Sate Lilit hingga Rujak Kuah Pindang
Namun, seiring dengan bertambahnya penjual nasi kuning di sekitar daerah tersebut, jumlah penjualan menurun menjadi sekitar 11-12 kilogram sehari.
“Dulu biasanya bikin nasi sampai 25 kilo sehari dan habis, tapi sekarang karena sudah banyak yang jualan nasi kuning di sekitar, ya paling setengahnya 11/12 kilo begitu,” ucapnya.
Meskipun persaingan semakin ketat, Bu Musri tetap bersyukur karena tidak pernah mengalami kesulitan yang berarti selama berdagang.
“Dulu saya di samping Griya Pande sempat, terus di depan Pura Ibu Sari, dan akhirnya menetap di sini sekarang” ungkapnya.
Baca juga: 7 Kuliner Khas Bali untuk Menu Buka Puasa, dari Sate Lilit hingga Bebek Timbungan
"Alhamdulillah, meskipun sering pindah-pindah tempat jualan, usaha ini tetap berjalan lancar," tambahnya.
Baca tanpa iklan