TRIBUNTRAVEL.COM - Era samurai adalah periode kekerasan dalam sejarah Jepang.
Khususnya pada periode Sengoku , anggota dari kelas kesatria kurang lebih terus-menerus berada dalam risiko bahwa hidup mereka bisa berakhir secara tiba-tiba sebagai akibat dari perselisihan atas tanah, kekuasaan, atau kehormatan.
Atau, dalam kasus seorang samurai terkemuka, kematiannya disebabkan oleh kentut, TribunTravel melansir dari laman soranews.
Chiba Kunitane adalah penguasa ke-29 dari klan Chiba , yang menguasai bagian timur Jepang yang kemudian disebut Shimosa (sekarang Prefektur Chiba ).
Pada 1585, seperti kebiasaan, Kunitane memanggil pengikutnya ke Kastil Sakura, benteng utama klan Chiba, untuk merayakan Tahun Baru.
Selama perayaan, pelayan Kunitane, Kuwata Mangoro, kentut di depan tuannya.
Baca juga: Kafe Terbaik di Tokyo Jepang Ini Dibangun karena Balas Dendam? Begini Kisahnya
Baca juga: Tarik Kunjungan Wisatawan, Jepang Bangun Monumen Aneh Senilai Rp 3,2 Miliar
Ketika Mangoro kentut untuk kedua kalinya, Kunitane mulai menghukum pembantunya karena dianggap kurang sopan, yang ditanggapi Mangoro:
“Kentut tidak peduli tentang kapan dan di mana mereka keluar, jadi mengapa kamu harus berteriak padaku di depan pengikutmu?”
Kunitane bereaksi dengan marah, entah karena tidak setuju dengan alasan bawahannya, atau karena tidak tahan dibantah oleh bawahannya.
Kunitane menendang Mangoro ke tanah dan meraih gagang pedangnya, dan hanya melalui intervensi dari para pengikutnya yang berkumpul, Kunitane dihentikan dari menebas Mangoro saat itu juga.
Tidaklah menguntungkan untuk menodai perayaan Tahun Baru dengan pertumpahan darah, mereka bersikeras, dan mengapa penguasa klan harus begitu peduli dengan tindakan sepele seperti itu?
Namun, kemarahan Kunitane terlalu besar untuk segera mereda.
Mangoro dikirim untuk tinggal bersama satu pengikutnya untuk jangka waktu tertentu .
Sampai kemudian, Mangono diperintahkan kembali ke Kastil Sakura dan sekali lagi menjalankan tugas melayani Kunitane.
Meski kejadian itu telah berlalu, kekesalan Mangoro terhadap cara Kunitane memperlakukannya tetap ada .
Pada malam tanggal 1 Mei, dia mengendap-endap ke dalam kamar pribadi Kunitane ketika tuannya sedang tidur.
Baca juga: 8 Tempat Makan Halal di Singapura, Pecinta Kuliner Jepang Mampir ke The Ramen Stall
Baca juga: Gempa 6,8 Skala Magnitudo Guncang Tohoku Jepang, Shinkansen Berhenti Beroperasi 3 Jam