Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kafe Terbaik di Tokyo Jepang Ini Dibangun karena Balas Dendam? Begini Kisahnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kafe Amanoya, kafe yang dibangun untuk balas dendam

TRIBUNTRAVEL.COM - Jika kamu berkunjung ke Jepang, sempatkan mampir ke Kuil Kanda di Tokyo.

Kuil Kanda memiliki jalan masa yang dikeliling deretan toko dan restoran.

Satu yang cukup menarik perhatian adalah kafe kuno yang berada tepat di sudut sebelah gerbang torii.

Namanya kafe Amanoya.

Amanoya terkenal menjual amazake, sake manis dan non alkohol.

Baca juga: Jepang Deklarasi Darurat Covid-19, Gemerlap Malam Tokyo Hanya Diperbolehkan hingga Jam 8

Baca juga: Wisatawan Asing Dilarang Hadir di Olimpiade Tokyo, Apa Alasannya?

Amazake cukup populer dikalangan anak-anak dan orang dewasa, TribunTravel melansir dari soranews.

Meski populer, Amanoya yang telah berbisnis selama 175 tahun tidak dibangun karena alasan bisnis melainkan balas dendam.

Amanoya berarti "toko Amano", didirikan oleh seorang pria bernama Shinsuke Amano.

Shinsuke adalah seorang samurai yang tinggal di Provinsi Miyazu, sekarang Prefektur Kyoto utara, selama pertengahan 1800-an, bagian akhir dari periode Edo .

Shinsuke memiliki adik laki-laki yang juga seorang pendekar pedang, dan pindah ke Edo (sebutan Tokyo pada masa itu) untuk mendaftar di sebuah dojo dan meningkatkan keterampilannya dengan pedang.

Sayangnya, impian menguasai seni bela diri itu terputus ketika dia ditebas oleh seorang pembunuh.

Ketika berita pembunuhan itu sampai di telinga Shinsuke, dia bereaksi seperti kakak laki-laki yang penuh kasih (yang juga seorang pejuang era feodal): dengan bersumpah akan membalas dendam.

Baca juga: 4 Restoran Jepang Autentik di Kawasan Little Tokyo Blok M, Suasana dan Cita Rasanya Jepang Banget!

Baca juga: Supir Taksi di Tokyo Tak Mau Angkut Penumpang yang Tidak Pakai Masker

Jadi dia pergi ke Edo, untuk menemukan pembunuh saudaranya dan membalas dendam.

Sayang, sesampainya di Edo dia menemukan hambatan.

Kejadian itu terjadi pada 1846, di mana belum ada foto yang memudahkan pencarian.

Halaman
12