Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Tarik Kunjungan Wisatawan, Jepang Bangun Monumen Aneh Senilai Rp 3,2 Miliar

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Abdul Haerah HR
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi mata uang Yen.

TRIBUNTRAVEL.COM - Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) memang membawa dampak signifikan bagi sejumlah negara.

Banyak destinasi wisata yang tutup hingga melumpuhkan sektor pariwisata di sejumlah negara di dunia.

Minimnya kunjungan wisatawan menjadi satu faktor menurunnya pendapatan dari sektor pariwisata bagi sejumlah negara.

Baca juga: Jepang Deklarasi Darurat Covid-19, Gemerlap Malam Tokyo Hanya Diperbolehkan hingga Jam 8

Inilah yang membuat sejumlah negara di belahan dunia, berlomba-lomba untuk menarik minat kunjungan wisatawan.

Mulai dari konsep pariwisata yang baru hingga membangun sarana prasarana yang dianggap mampu menarik kedatangan wisatawan.

Namun, ada satu monumen aneh di pesisir kota Jepang yang dibangun untuk menarik minat wisatawan.

Menurut laporan yang dilansir dari news.com.au, Jumat (7/5/2021), monumen aneh tersebut bahkan menghabiskan dana hingga 25 juta yen (Rp 3,2 miliar).

Monumen aneh berbentuk cumi-cumi merah muda tersebut dibangun menggunakan uang bantuan pandemi Covid-19.

Monumen berbentuk cumi-cumi raksasa yang habiskan dana hibah Covid-19 hingga Rp 3,2 miliar. (YouTube/The Tonarinopoti)

Harapannya, dengan dibangunnya monumen cumi-cumi raksasa itu mampu meningkatkan kembali sektor pariwisata yang sempat lumpuh.

Pembangunan dimulai pada bulan Oktober, di mana bangunan cumi-cumi ini memiliki panjang 13 meter, lebar 9 meter dan tinggi empat meter.

Monumen berbentuk cumi tersebut dibangun di dekat tepi laut di Noto, Ishikawa, Jepang.

Baca juga: 7 Rasa Es Krim Paling Nyeleneh di Jepang, Cobain Es Krim Rasa Ikan Teri

Baca juga: Mengenal 7 Kuliner Khas Jepang yang Populer di Indonesia, Ada Onigiri dengan Ragam Isian

Pejabat di Noto mengklaim bahwa investasi mereka dalam bangunan tersebut akan membantu menghidupkan pariwisata di kota nelayan yang kekurangan uang, di mana cumi-cumi adalah makanan lokal yang lezat.

Meskipun Jepang saat ini sedang berjuang melawan lonjakan Covid-19 lainnya dan mengumumkan keadaan darurat bulan lalu, Noto mengatakan tingkat kasusnya rendah selama pandemi.

Monumen cumi-cumi raksasa. (YouTube/The Tonarinopoti)

Terlepas dari itu, industri pariwisata mereka mengalami pukulan besar.

Kota semenanjung itu menerima total 800 juta yen (Rp 105 miliar) dalam dana bantuan ekonomi darurat melalui hibah pemerintah.

Halaman
12