"Mereka tetap boleh masuk ke pura, asalkan berpakaian sopan atau adat Bali. Kedua, kalau memotret jangan pakai flash. Lalu, perempuan tidak sedang haid," sambung dia.
Kuningan, saat di mana dewa-dewa dan leluhur kembali ke surga
Kuningan dirayakan 10 hari setelah Hari Suci Galungan.
Hari Raya Kuningan dimaksudkan untuk merayakan saat di mana Dewa-dewa dan leluhur kembali ke surga setelah bertemu keturunannya.
"Kalau Kuningan, Dewa-dewa leluhur kembali ke surga. Puncaknya tetap di Galungan. Kuningan itu mereka sudah kembali," kata Pitana.
Biasanya, orang akan mengucapkan Selamat Hari Suci Galungan dan Hari Raya Kuningan secara bersamaan pada hari Galungan.
Namun, bagi Pitana, ia lebih memilih untuk memisahkan pengucapan selamat tersebut.
"Kalau saya lebih sering memisahkannya, karena jarak 10 hari. Sekarang kita sebutkan Selamat Hari Raya Galungan, 10 hari kemudian kita sebutkan Selamat Hari Raya Kuningan, seperti itu," ujar dia.
Hari Raya Kuningan juga tak terlalu dirayakan dengan meriah oleh umat Hindu di Bali.
Puncak perayaan tetap ada di Hari Suci Galungan.
Oleh karena itu, wajar apabila hari Kuningan digelar secara sederhana oleh umat Hindu di Bali maupun di daerah lainnya.
"Kuningan itu kecil. Biasalah, misalnya seperti kita upacara di kantor, dibuka oleh menteri, ditutup pak Lurah, misalnya. Jadi pembukaannya besar, penutupannya sekadarnya saja," tutup Pitana.
Baca juga: 10 Fakta Hari Raya Galungan, Termasuk Berbagai Prosesi Sebelum dan Sesudah Galungan
Baca juga: 8 Kuliner Khas Bali yang Dihidangkan saat Perayaan Galungan
Baca juga: Makna Tradisi Nglawar dalam Perayaan Galungan Masyarakat Bali
Baca juga: 7 Tradisi yang Dilakukan Umat Hindu di Bali Saat Hari Raya Galungan dan Kuningan
Baca juga: 3 Tips Liburan di Bali Saat Hari Raya Galungan dan Kuningan
Berita lain tentang Hari Raya Galungan
Berita lain tentang Hari Raya Kuningan