Satu kelompok biasanya terdiri dari 5-8 orang dengan posisi duduk bersila dan melingkar.
Pada setiap kelompok ini nantinya akan dipimpin oleh seorang pepara yang bertugas untuk mengkordinir prosesi tradisi.
Sebelum melakukan tradisi megibun juga terdapat etika yang harus dipenuhi oleh semua masyarakat.
Di antaranya yaitu mencuci tangansebelum makan dan tidak boleh menjatuhkan sisa makanan dari suapan saat sedang makan.
Kemudian tidak boleh mengambil makanan yang ada di sebelah, dan apabila ada warga yang sudah kenyang maka tidak diperbolehkan meninggalkan tempat atau meninggalkan temannya.
Selain itu, hal unik dalam tradisi megibung juga dapat dilihat dari penyediaan minum yang ditaruh dalam kendi tanah liat.
Cara meminumnya harus diteguk dari ujung kendi sehingga bibir tidak menyentuh kendi.
Cara minum seperi ini dikenal warga sekitar dengan istilah nyeret.
Namun seiring berjalannya waktu, tradisi minum dalam kendi ini diganti dengan air mineral kemasan.
Baca juga: 6 Tradisi Sambut Ramadan di Pulau Jawa, Ada Tradisi Padusan di Klaten
Baca juga: Menengok Meugang, Tradisi Masak Daging di Banda Aceh untuk Sambut Bulan Ramadan
Baca juga: Mengenal Tradisi Dugderan di Semarang, Ritual Jelang Ramadan dengan Maskot Warak Ngendok
Baca juga: Deretan Tradisi Unik Selama Bulan Ramadan dari Berbagai Belahan Dunia
Baca juga: Melihat Proses Malamang, Tradisi Membuat Kudapan Ketan Pakai Bambu di Sumatera Barat
(TribunTravel/Zainiya Abidatun Nisa')