TRIBUNTRAVEL.COM - Banda Aceh merupakan sebuah provinsi yang mayoritas masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam atau Muslim.
Sebagai sebuah wilayah yang didominasi oleh Muslim, Aceh memiliki beragam tradisi keagamaan yang masih dilakukan hingga kini.
Satu di antara tradisi yang paling dikenal adalah tradisi meugang yang juga dikenal dengan sebutan makmeugang, haghi mamagang, uroe meugang atau uroe keuneukoh, mengutip bandaacehkota.go.id.
'Gang' sendiri adalah bahasa Aceh yang memiliki arti 'pasar'.
Di hari-hari biasa, pasar tidak banyak dikunjungi oleh masyarakat.
Namun, saat menjelang bulan Ramadan, Idulfitri dan Iduladha, masyarakat akan ramai mendatangi pasar.
Sehingga, dari situlah muncul istilah 'makmu that gang nyan' yang berarti makmur sekali pasar itu atau makmeugang.
Baca juga: Mengenal Tradisi Dugderan di Semarang, Ritual Jelang Ramadan dengan Maskot Warak Ngendok
Tradisi meugang sangatlah penting bagi seluruh lapisan masyarakat Aceh, sebab sesuai dengan anjuran agama Islam.
Dalam Islam, datangnya bulan Ramadan baiknya disambut dengan meriah, begitu juga dengan dua hari raya lainnya, yakni Idulfitri dan Iduladha.
Meugang dilaksanakan dengan cara memasak daging sapi atau lembu dengan kualitas terbaik untuk dihidangkan.
Selain daging sapi, masyarakat juga menambah menu masakannya dengan daging kambing, ayam juga bebek.
Menjelang pelaksanaan meugang, masyarakat Aceh akan berbondong-bondong menuju pusat-pusat penjualan sapi.
Meski ada daging sapi impor yang lebih murah, masyarakat Aceh cenderung memilih daging sapi lokal untuk keperluan meugang.
Akibat kebutuhan daging yang melonjak jelang Ramadan karena tradisi meugang, harga sapi di Aceh biasanya akan naik 2 kali lipat dari harga normal.
Tak hanya di pasar, lapak-lapak baru penjualan daging pun turut menjamur di pinggir jalan maupun di tempat-tempat keramaian lainnya.