TRIBUNTRAVEL.COM - Gunung Rinjani menjadi satu di antara destinasi paling populer di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Demi menjaga kelestarian alam di kawasan tersebut, masyarakat Lombok memiliki tradisi khusus.
Tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun itu disebut dengan ritual 'ngasuh gunung'.
Menurut laporan wartawan TribunLombok, Sirtupillaili, ngasuh gunung dilakukan masyarakat adat di beberapa kampung yang ada di kaki Gunung Rinjani.
Baca juga: 7 Kuliner Khas Lombok yang Legendaris, Ada Sate Bulayak hingga Ayam Taliwang
Satu di antaranya adalah masyarakat adat di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Ritual ini merupakan salah satu ritual sakral masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Rinjani.
Ritual dimulai dengan penyembelihan kerbau dan ayam, sebagai hewan kurban.
Setelah dipotong, dagingnya kemudian dimasak dan dimakan bersama.
Dalam acara itu juga ada sembeq burak, tamu-tamu yang datang diberikan tanda di kening.
Tanda itu menunjukkan mereka sebagai tamu kehormatan dalam acara tersebut.
Kemudian, acara dilanjutkan doa bersama oleh Amaq Lokak, kiyai, dan para tetua adat di bale adat.
Mereka memanjatkan puja puji dan doa-doa kepada Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta.
Ritual selanjutnya, warga dipimpin Amaq Lokak dan para tetua adat berjalan menuju kawasan hutan Gunung Rinjani.
Acara ngasuh gunung juga bisa dirangkai dengan pemberian santunan bagi anak yatim piatu.
Santunan itu sebagai bentuk kepedulian dengan sesama umat manusia.
Arti Kata Ngasuh Gunung
Kata ngasuh gunung sendiri berasal dari kata dasar ‘Ngasuh’ yang bermakna mengasihi.
Sehingga ritual itu merupakan bentuk kasih sayang kepada alam Gunung Rinjani.
Bagi masyarakat di sini, hutan dan gunung merupakan sumber mata air yang dibutuhkan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dijaga kelestariannya.
Menjaga kelestarian alam tidak hanya dengan turun ke hutan dan menanam pohon.
Tetapi juga melalui ritual sakral seperti ‘ngasuh gunung’ agar warga punya kesadaran menjaga alamnya.
Kelestarian alam Gunung Rinjani sendiri sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat pulau Lombok secara luas.
Karena banyak menyimpan sumber mata air yang dibutuhkan masyarakat.
Sehingga, para leluhur selama ini memperlakukan gunung ini seperti manusia, bisa berdialog, dan berbicara.
Pelaksanaan Ritual Ngasuh Gunung Rinjani
Ritual ngasuh gunung tidak ditentukan kapan akan dilaksanakan karena tergantung pada kejadian bencana yang melanda masyarakat.
Selain untuk menjaga kelestarian alam, ritual ini juga dimaknai warga untuk mensucikan gunung, terutama bila ada kejadian di Gunung Rinjani.
Baik kejadian karena bencana alam maupun kecelakaan pendaki yang merengut korban jiwa.
Pelaksanaan ritual ditentukan melalui kesepakatan dalam musyawarat adat (gundem).
Setiap ritual ngasuh gunung, biasanya masing-masing keluarga akan menyumbang sejumlah uang, beras, dan kelapa untuk acara tersebut.
Besaran uang disepakati dalam musyawarah adat.
Uang tersebut untuk membeli kerbau yang menjadi syarat utama digelarnya ritual.
Meski merupakan acara adat, semua prosesi dan tahapan ‘ngasuh gunung’ kental dengan syariat Islam.
Mulai dari prosesi penyembelihan hewan kurban, memasak, dan doa-doa, semua sesuai ajaran-ajaran Islam.
Bahkan, sebelum hewan-hewan disembelih, mereka dimuliakan dengan doa-doa.
Dimulai dengan bacaan basmalah, serta pisau yang digunakan tajam dan selalu bersih.
Ritual tersebut merupakan wujud nyata perpaduan tradisi masyarakat lokal dengan pengaruh ajaran Islam.
Warga yang tinggal di kampung tradisional ini hanya para keturunan dan keluarga Amaq Lokak Senaru.
Amaq Lokak Senaru merupakan tokoh yang bertugas sebagai pengasuh dan penjaga atau tetua kampung, yang secara khusus menjaga keseimbangan alam di wilayahnya.
Misalnya, Amaq Lokak Senaru bertanggungjawab menjaga kelestarian alam di wilayah Senaru.
Amaq Lokak ini dipilih dari garis keturunan dan kriteria lain, salah satunya sehat, tidak cacat fisik, cukup usia, dan garis keturunan.
Selain Amaq Lokak, dalam masyarakat adat di Bayan juga dikenal pembekel atau koordinator semua pranata adat di wilayahnya.
Ada pula pande dan wali gumi, yang bertugas merencanakan semua acara, baik ritual maupun kegiatan penjagaan dan pelestarian di wilayahnya.
Dikenal pula sebagai toak turun atau sesepuh adat yang dihormati.
Letak Kampung Tradisional
Kampung tradisional Senaru berada di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Kampung ini terletak di kaki Gunung Rinjani dan menjadi salah satu pintu pendakian.
Berada di atas ketinggian 601 mdpl, kampung berlokasi sekira 50 meter dari kantor pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani.
Jika berangkat dari Kota Mataram, jaraknya sekira 83 kilimeter dengan waktu tempuh 2 jam lebih.
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Pusuk Pas, Tempat Berburu Durian di Lombok yang Tawarkan Pesona Alam Memukau
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Berburu Sate Rembiga, Kuliner Khas Lombok Berbahan Dasar Sapi Liar
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Mencicipi Lezatnya Sate Bulayak, Kuliner Khas Lombok yang Menggoyang Lidah
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Berwisata Sembari Belajar Sejarah di Taman Mayura Lombok
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Bersantai Sejenak di Panyawangan Resto Lombok, Tempat Makan dengan Pesona Perbukitan
(TribunTravel.com/Mym)