Termasuk pemberitahuan kegiatan dari gereja-gereja yang ada di Desa Watumea," sebutnya.
Dirinya menambahkan, gereja tertua ini masih aktif digunakan jemaat untuk beribadah, setiap kegiatan jemaat tetap dilaksanakan di gereja.
"Meskipun kendala pandemi covid-19 saat ini, tapi tetap digunakan. Yang pasti sampai sekarang kami masih menggunakan gedung gereja ini sebagaimana mestinya," sampainya.
Kata Tulangi, jika memang ada yang perlu diganti akan kami sampaikan ke pemerintah terkait khususnya yang bertanggungjawab pada cagar budaya ini.
Ia menjelaskan, terkait dengan penamaan gereja, mungkin karena dekatnya gereja tua itu dengan Danau Tondano, sehingga diberi nama Galilea.
"Mungkin tua-tua kampung waktu itu menamakan Galilea karena dekat dengan danau, jadi namanya seperti itu," ucapnya bercanda.
Ia pun berharap, agar jemaat GMIM Galilea Watumea mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah yakni Pemkab Minahasa.
Karena menurut dia, gedung gereja tua ini berbeda dengan yang lain, dikarenakan merupakan situs budaya dan peninggalan sejarah di tanah Minahasa.
"Setidaknya ada bantuan yang bisa dirasakan masyarakat Watumea dari Pemkab Minahasa," tandasnya.
Baca juga: Mengenal Gereja Paroki Santo Simon Stock Gereja Legendaris di Kota Batu, Malang
Baca juga: Fakta Ani City, Kota Hantu di Turki yang Dijuluki Kota Seribu Satu Gereja
Baca juga: Lebih dari 1.000 Kerangka Manusia Ditemukan Selama Renovasi Gereja Bone, Intip Fakta di Baliknya
Baca juga: Tanda Penyihir Ditemukan Terukir di Sebuah Gereja Berusia 700 Tahun di Inggris, Apa Fungsinya?
Baca juga: Ada Museum Luar Angkasa di Dalam Gereja Tua Berusia 130 Tahun, Simak Sejarah di Baliknya
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Berusia 153 Tahun, Begini Kondisi Terkini Gereja Tertua di Minahasa
Baca tanpa iklan