Selanjutnya, Turki berada di peringkat kedua dengan jumlah kunjungan 6,4 juta, UEA 6,2 juta, Rusia 5,6 juta, dan Perancis memiliki 4,9 juta wisatawan Muslim yang berkunjung pada tahun tersebut.
Sapta juga memaparkan data yang bersumber dari Kemenparekraf, Badan Pusat Statistik, United Nations World Tourism Organization, World Travel & Tourism Council, dan sumber lainnya tentang kedatangan wisatawan Muslim pada 2018.
Menurut data tersebut, dari 15,8 juta wisatawan yang tiba di Indonesia, hanya 3,4 juta atau 22 persen saja yang beragama Islam.
Jika dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand, dan Turki, Indonesia kalah jauh terlebih dengan Malaysia dan Turki yang masing-masing dikunjungi oleh 6,4 juta dan 6,1 juta wisatawan Muslim.
Kenapa Indonesia kalah dengan negara lain?
Sapta mengatakan, Indonesia kalah dengan negara-negara tersebut dalam hal kunjungan wisatawan Muslim karena satu hal.
“Kalah padahal mereka negara non-Muslim karena kita senang debat yang tidak perlu,” ujarnya.
Sebagai contoh, dia menceritakan soal Thailand yang berani memberi cap pada sebuah hotel di Bangkok sebagai hotel ramah Muslim yaitu Al Meroz Hotel.
“Di sana, di samping tidak ada hiburan, juga ada ketenangan dan tidak ada hingar bingar. Tidak ada yang pakai pakaian kurang tertutup (di dekat hotel) sehingga bagus untuk keluarga,” lanjut Sapta.
Ada juga area Bukit Bintang di Malaysia yang merupakan rumah bagi sejumlah komplek perbelanjaan dan pertokoan ramah Muslim.
Baca juga: PPKM Diperpanjang, Objek Wisata Banyumas Buka Kembali
Baca juga: Wisatawan dari Luar DIY Tak Perlu Bawa Hasil Rapid Test Meski PTKM di Gunungkidul Diperpanjang
Baca juga: Asyik! Kini Wisatawan Bisa Beli Tiket Masuk Pantai di Gunungkidul Secara Online
Baca juga: 5 Wisata di Singkawang untuk Liburan Tahun Baru Imlek 2021, Ada Danau Biru yang Unik
Baca juga: Asyiknya Berwisata di Griya Hidroponik Cirebon, Bisa Sekaligus Panen Sayur
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimana Konsep Wisata Halal di Indonesia?"