TRIBUNTRAVEL.COM - Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno untuk mengembangkan wisata halal di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Sapta Nirwandar, Chairman Indonesia Tourism Foum, mengatakan bahwa wisata halal adalah upaya untuk memberikan pelayanan ramah Muslim di destinasi wisata.
“Prospek wisata halal yang sekarang jadi perdebatan, wisata halal itu layanannya menurut pak Ma’ruf. Jangan dikatakan tentang destinasi melainkan pelayanannya. Ini yang penting,” ujarnya.
Hal tersebut dia ungkapkan dalam webinar World Tourism Day Indonesia bertajuk “Talkshow Indonesia Tourism Outlook 2021 & Beyond”, Rabu (27/1/2021).
Menurutnya, wisatawan Muslim yang bepergian ke suatu destinasi wisata juga membutuhkan pelayanan ekstra terutama yang berkaitan dengan makanan dan tempat untuk beribadah.
“Yang dimaksud wisata halal itu pelayanannya. Itu sesuatu yang wajar. Kenapa? Karena kalau Muslim, shalat lima waktu masa ditunda. Di Jakarta, tidak ada mal yang tidak punya musala,” jelasnya.
Baca juga: Prediksi 5 Tren Berwisata Pertengahan Tahun 2021, Termasuk Liburan ke Luar Negeri
Sapta menambahkan, adanya pelayanan ramah Muslim di restoran juga dapat menguntungkan para pemilik usaha.
“Restoran halal punya dua pelanggan. Pelanggan Muslim dan non-Muslim. Kalau restoran yang hanya menjual makanan untuk non-Muslim, mereka hanya punya pelanggan non-Muslim saja. Jangan takut dengan wisata halal,” sambungnya.
Perkembangan pariwisata ramah Muslim di dunia
Dalam pembahasan soal wisata halal, Sapta turut memaparkan data yang bersumber dari DinarStandard berjudul Ekonomi Islam Global Laporan 2020/2021 yang dipublikasi melalui Salaam Gateway pada November 2020.
Melalui data tersebut, tercatat ada lima negara yang menduduki peringkat paling atas dengan pengeluaran paling tinggi yang dilakukan oleh wisatawan Muslim yang liburan ke luar negeri pada 2019.
Pada tahun tersebut, sebanyak 200,3 juta perjalanan telah dilakukan oleh wisatawan Muslim global dengan pengeluaran mengalami kenaikan sebanyak 2,7 persen menjadi 194 miliar dolar AS.
Wisatawan Muslim asal Arab Saudi mengeluarkan 24,3 miliar dolar AS untuk melakukan perjalanan ramah Muslim ke luar negeri.
Sementara itu, mereka yang berangkat dari Uni Emirat Arab (UEA) mengeluarkan 17,2 miliar dolar AS, Qatar 14,2 miliar dolar AS, Kuwait 13 miliar dolar AS, dan wisatawan Muslim asal Indonesia mengeluarkan 11,2 miliar dolar AS untuk melakukan perjalanan ramah Muslim ke luar negeri.
Dari seluruh negara yang ada, sebanyak lima negara menduduki peringkat tertinggi sebagai destinasi wisata ramah Muslim dengan Spanyol menduduki urutan nomor satu karena dikunjungi oleh 7,6 juta wisatawan Muslim pada 2019.