4. Chef harus memiliki lisensi mengolah ikan buntal
Orang yang boleh mengolah ikan buntal atau fugu adalah koki atau chef yang sudah mendapat lisensi atau surat izin untuk mengolah ikan fugu.
Chef yang menyiapkan ikan buntal harus dengan hati-hati memeriksa organ beracun di atas nampan.
Memastikan setiap organ beracun telah diambil.
Bagian beracun ikan buntal biasanya akan dibawa ke pasar ikan utama Tokyo dan dibakar, bersama dengan potongan-potongan beracun dari restoran yang menghidangkan fugu lainnya.
Seorang yang menyajikan fugu harus bertahun-tahun berlatih dan harus mengambil ujian praktik agar bisa lolos dan mendapatkan lisensi khusus.
Bagi yang ingin memiliki sertifikat itu harus melewati masa latihan intensif selama 2 hingga 3 tahun.
Mereka harus bisa mengenali bagian yang beracun dan harus dibuang.
Fugu sashimi, memiliki tekstur agak kenyal dan rasa yang tidak begitu menonjol.
Namun, pecinta fugu akan mengatakan rasanya khas, dan yang paling penting dari rasa adalah teksturnya yang unik.
"Di Jepang dan China ikan ini memang banyak dikonsumsi. Namun ikan itu dibudidaya, sehingga pakannya aman dan tidak mengandung," kata Ery Bahari.
"Yang mengolah pun harus bersertifikat. Tapi kalau ikan buntal yang hidup di alam bebas, pasti beracun karena di alam bebas, ikan tersebut memakan bakteri yang mengandung racun," jelasnya.
5. POM Buleleng Sarankan Tidak Dikonsumsi
Sementara itu secara terpisah, Kepala Loka POM Buleleng, Bali Made Ery Bahari menyarankan agar ikan buntal tidak dikonsumsi.
Sebab kasus keracunan hingga menyebabkan kematian akibat mengonsumsi ini buntal ini sering terjadi di wilayah Kecamatan Gerokgak.