Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kisah Pecel Pincuk di TMP Kalibata yang Disebut Satu Warung Pecel Tertua di Jakarta

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warung Pecel Pincuk Kalibata Jakarta Selatan yang menjadi salah satu tempat makan pecel tertua di Jakarta pada Jumat

Tak banyak lalu lalang kendaraan, sekitar warungnya pun masih banyak perkampungan.

"Kita juga dulu warungnya masih dari bambu masih sepi sekali. Pernah dalam sehari pendapatannya hanya Rp 50 ribu," bebernya.

Kala itu, kenang Lutfi, keadaan sepi dan gelap menyebabkan premanisme menghantui kawasan Kalibata.

Lutfi dan Sandhyarta bertahan dengan keadaan itu hingga lambat laun keadaan menjadi lebih ramai dan tak se"angker" dulu.

Bumbu Spesial hingga Pakai Pincuk

Resep rahasia bumbu pecel Lutfi dan Sandhyarta berasal dari sang mertua.

Perempuan asal Kota Malang tersebut hanya mengubah beberapa bahan dari bumbu peninggalan mertua sehingga rasanya berbeda.

"Awal resep punya mertua, setelah kita yang pegang, kita bikin resep sendiri. Bumbunya kita benar-benar pelajari, sampai dirasa cocok," katanya.

Bumbu pecel pincuk tak memakai bahan pengawet, semua bahan dalam pembuatan bumbu pecel masih segar.

Sayurannya pun bervariasi, ada daun singkong, daun papaya, daun kenikir, bayam, selada air, kangkung, hingga tauge.

Sesuai nama usahanya, Lutfi memakai kertas nasi dan daun pisang yang dibentuk pincuk atau kerucut.

Seiring waktu, alasnya menggunakan anyaman lidi akan tetapi tetap memakai daun dan kertas sebagai alas.

Menu makanannya pun bertambah. Lutfi juga menjual rawon, aneka pepes, garang sama dan lain-lain.

Berkah Selepas Krismon

Bisa dibilang, Lutfi dan suaminya menjadi pelopor berdirinya tempat makan Pecel Pincuk di kawasan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.

Halaman
123