Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Rekomendasi Wisata

Mengunjungi Museum Bank Mandiri di Jakarta, Belajar Perbankan Sekaligus Berburu Foto Instagramable

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wisatawan di Museum Bank Mandiri

Di ruangan ini juga ada spot foto yang sangat menarik, dengan gaya sedikit art deco, yakni susunan mesin tik dari masa ke masa yang digantung di dinding.

Biar pun gedung ini tua, namun menyajikan banyak spot foto Instagramable di dalamnya, lewat arsitektur dan interior jadulnya.

Dekorasi gaya art deco dengan memanfaatkan mesin tik tua. (Warta Kota/Janlika Putri)

Dari ruangan ini pengunjung bisa melihat taman bagian dalam yang begitu luas. Namun sekarang sedang ada proyek pembangunan di sana.

Di lorong dekat taman itu saya bertemu dengan Kartum Setiawan, selaku kurator Museum Bank Mandiri.

Katanya, proyek pembangunan tersebut adalah penataan ulang dari taman sebelum.

"Itu merupakan penataan taman, dibuat lebih indah tanpa mengubah bentuk aslinya. Saat ini pengerjaanya menuju tahap finishing," katanya menjelaskan.

Adaptasi

Dari taman itu pengunjung dapat melihat kekuatan arsitektural dari bagunanan ini.

Bagian pilar yang tinggi, kusen jendela dan pintu yang juga tinggi. Semuanya tampak begitu kokoh dan terjaga.

Tinggi dan besar adalah upaya bangsa Belanda beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia.

Setelah melewati lorong tersebut, kemudian saya kembali ke dalam, ruangan dengan koleksi yang berbeda.

Di ruangan tersebut masih memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan aktivitas bank tempo dulu.

Grootboek, alias buku ukuran besar yang digunakan untuk menyimpan data para
nasabah.

Semuanya data nasabah ditulis rapih lho.

Mungkin karena dulu tak ada komputer sehingga data nasabah menggunakan buku.

Grootboek, atau buku besar untuk mencatat data nasabah. (Warta Kota/Janlika Putri)

Rubanah

Setelah puas menyusuri setiap jengkal dari ruangan ini. Pengunjung bisa menunju ke lantai bawah tanah.

Ruangannya bisa dibilang sedikit pengap dan remang-remang.

Agak ragu juga saya untuk terus ke bawah, kerena tak ada pengunjung lain yang ke sana.

Tak ada petugas yang bisa di tanya pula.

Namun saya memberanikan diri, dan tetap turun saat melihat arah panah bagi pengunjung.

Di ruang bawah bawah tanah (rubanah) ini terdapat banyak sekali peti brandkast dengan berbagai ukuran dan bentuk. 

Brandkast adalah bahasa Belanda untuk peti penyimpanan yang kuat.

Kata itu kemudian digunakan dalam bahasa Indonesia, namun penulisannya disesuaikan menjadi brankas.

Koleksi brankas di sini sepintas terlihat jadul dan tak mengesankan.

Namun mata yang jeli bisa melihat karat dan kotak kaku brankas-brankas itu sangat pas untuk foto bergaya rustic dan industry.

Ukuran lantai rubanah ini begitu luas, sehingga tak hanya brandkast saja yang ada di sana.

Ada pula peti-peti uang dan juga dokumen berharga. Selain itu ada mata uang tempo dulu hingga saat ini.

Ruang Bawah Tanah Museum Bank Mandiri berisi koleksi brankas. (Warta Kota/Janlika Putri)

Kaca patri

Dari lantai dasar ini saya kembali ke atas kembali. Masih ada tempat yang harus dikunjungi, yaitu lantai atas.

Pada ruangan yang dinamakan lantai 1 ada dekorasi gedung yang sangat indah, yakni kaca patri dengan desain yang membuat saya terpesona.

Untuk naik ke lantai 1, pengunjung bisa menggunakan tangga yang berada di depan loket tiket.

Gambar di kaca patri tersebut menjadi sangat berkilauan saat terkena cahaya Matahari, dan menghasilkan pantulan gambar di lantai dan dinding di seberangnya.

Kaca patri di Museum Bank Mandiri. (Warta Kota/Janlika Putri)

Di lantai 1 terdapat beberapa ruangan besar, salah satunya ialah ruangan rapat besar yang di gunakan oleh para direktur bank untuk mengambil keputusan.

Bangunan museum ini memang begitu luas, belum lagi ada beberapa ruang tersegel yang tak sembarang pengunjung boleh masuk.

"Bangunan ini sebenarnya terdiri dari empat lantai. Namun yang diperuntukan bagi pengunjung hanya tiga lantai saja. Lantai paling atas memang bukan untuk konsumsi publik" tandas Kartum.

Kartum Setiawan, kurator Museum Bank Mandiri. (Warta Kota/Janlika Putri)

Semakin menyusuri ruangan demi ruangan ini, saya menemukan sejarah gedung ini.

Ada tiga orang Belanda yang merancang gedung yang sangat kaya akan nilai estetika ini.

JJJ de Bruijin, AP Smith, dan C Van de Linde adalah arsiteknya.

Bangunan ini mulai dibangun pada 1929 dan diresmikan pada 14 Januari 1933.

Awalnya di gunakan sebagai cabang pertama Nederlandche Handel Maatschappiij (NHM) NV di Batavia, dengan nama de Factorij.

Berkunjung ke Museum Bank Mandiri membuat saya belajar cara perbankan tempo dulu dijalankan, dengan cara yang menyenangkan.

Ditambah detail ragam hiasnya, museum ini cocok d jadikan wisata edukasi bagi semua usia.

Museum bank mandiri :
Jl. Lapangan stasiun no.1 kota tua Jakarta barat.

Jam operasional :
Selasa- Kamis
09.00- 15.30 WIB
Jumat
09.00-11.30 WIB & 13.00-15.00 WIB
Sabtu & Minggu
09.00-18.30 WIB

Harga tiket:
Anak-anak / pelajar Rp 3.000
Dewasa Rp. 5.000
Turis anak Rp 10.000
Turis dewasa Rp. 15.000

Transportasi :
-Dekat Dengan Halte bus Transjakarta kota tua
-Dekat dengan stasiun kereta commuter line Jakarta kota

Viral di Medsos, Museum Manchester United Simpan Skripsi Mahasiswi Indonesia

7 Tempat yang Sebaiknya Dihindari untuk Selfie, Termasuk Museum hingga Tempat Ibadah

Koleksi Museum Keraton Jogja Rusak Karena Ulah Wisatawan yang Ingin Foto

Siapa Nenek Moyang Bangsa Indonesia? Cari Tahu Jawabannya di Museum Bahari

Artikel ini telah tayang di Tribunwartakotatravel.com dengan judul Di Museum Bank Mandiri, Belajar Sejarah Perbankan Jadul Sekaligus Bikin Foto Instagramable