Ternyata pagar museum yang dibuka sebagai akses keluarga masuk pengunjung ada di samping.
Ruangan pertama yang saya jumpai adalah lobby bergaya klasik. Kemewahan peninggalan tempo dulu sangat mendominasi di sini.
Pasti naluri mengambil gambar para penyuka foto langsung timbul di sini.
Seorang petugas pengamanan museum menghampiri dan berkata, "Kak permisi, tasnya dititip dulu yah. Mari," katanya sambil mengarahkan saya ke sebuah ruangan di samping lobby museum.
Ruangan tersebut adalah tempat penitipan barang pengunjung. Ruangannya tak begitu besar namun menarik dengan sentuhan keramik-keramik bercorak vintage.
Petugas di sana memberikan nomor barang titipan yang bisa dikalungkan. Saya masuk ke ruang koleksi hanya dengan membawa telepon seluler (ponsel) dan dompet.
Begitu memasuki ruangan koleksi, saya dibuat terpesona olehnya. Rasanya seperti melihat setting film zaman dulu yang adegannya perampokan di bank.
Di sini terdapat loket kasir yang sangat jadul (zaman dulu). Uniknya, loket tersebut kini digunakan sebagai loket tiket Museum Bank Mandiri.
"Tempel di baju ya kak, langsung masuk aja ke sana " ucap seorang gadis remaja yang menjaga loket, seraya menyerahkan selembar kertas berisi informasi sejarah museum ini.
Yang harus ditempel itu adalah tiketnya yang sekarang berbentuk stiker kecil, bukan lagi lembaran kertas.
Lift klasik
Tak banyak pengunjung pada hari itu. Bisa dimaklumi dengan kondisi Jakarta yang suram di awal tahun 2020 ini.
Sepertinya hanya ada saya dan dua remaja itu sedang asyik berfoto-foto ria di dalam lift tampilannya sangat begitu klasik.
Ukuran lift ini tak terlalu besar, dan interiornya terbuat dari kayu. Penggila benda-benda antik wajib datang ke sini dan melihatnya.
Lift ini sangatlah manarik, tombol-tombolnya bergaya lampau, lampu penerangan juga seadaanya, lalu beberapa mesin yang terlihat menjadi dekorasi yang sangat ciamik.