Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Inilah Alasan Kenapa Patung Kuno Hidungnya Selalu Rusak

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mengapa banyak patung kuno yang kehilangan hidungnya?

TRIBUNTRAVEL.COM - Ketika kamu pergi melihat-lihat galeri, museum, atau buku sejarah yang menampilkan patung-patung kuno, pernahkah berpikir kenapa sebagian besar patung kehilangan hidungnya?

Melansir All Thats Interesting, seorang kurator galeri seni Mesir di Museum Brooklyn, Edward Bleiberg, memiliki banyak pertanyaan dari pengunjung yang ingin tahu.

Yang paling umum adalah sebuah misteri tentang hidung patung sering patah.

Menurut CNN, kepercayaan Bleiberg yang umum dipegang adalah keausan ribuan tahun secara alami akan mempengaruhi bagian patung yang kecil dan menonjol sebelum komponen yang lebih besar.

TONTON JUGA :

Cicak Panggang, Kuliner Ekstrem yang Populer di Vietnam

Kisah Sayur Genjer yang Pernah Diidentikan dengan Idelogi PKI

Namun, setelah sering mendengar pertanyaan ini, Bleiberg mulai melakukan beberapa penelitian investigasi.

Penelitian Bleiberg mengemukakan bahwa artefak Mesir kuno sengaja dirusak karena berfungsi sebagai totem politik dan agama dan bahwa memutilasi mereka dapat mempengaruhi kekuatan simbolis dan dominasi para dewa yang dipegang atas orang-orang.

Dia sampai pada kesimpulan ini setelah menemukan kehancuran serupa di berbagai media seni Mesir, dari potongan tiga dimensi hingga dua dimensi.

Walaupun usia dan transportasi dapat menjelaskan secara wajar bagaimana hidung patung kuno mungkin patah, itu tidak serta merta menjelaskan mengapa relief yang datar juga rusak pada bagian hidung.

wikimedia
Sphinx, salah satu patung terkenal yang juga kehilangan bagian hidungnya

"Konsistensi dari pola di mana kerusakan ditemukan pada patung menunjukkan bahwa itu memiliki tujuan," kata Bleiberg.

Dia menambahkan bahwa hal ini mungkin dimotivasi oleh alasan pribadi, politik, dan agama.

Orang Mesir kuno percaya esensi dewa dapat menghuni gambar atau representasi dewa itu.

Penghancuran yang disengaja dari penggambaran ini, kemudian, dapat dilihat sebagai telah dilakukan untuk "menonaktifkan kekuatan gambar."

Bleiberg juga menjelaskan bagaimana makam dan kuil berfungsi sebagai reservoir utama untuk patung dan relief yang memiliki tujuan ritual ini.

Dengan menempatkan mereka di makam, misalnya, mereka dapat "memberi makan" orang mati di dunia berikutnya.

Halaman
123