Bergeser ke lorong berikutnya, ada yang namanya lorong Majapahit. Lorong ini menyimpan koleksi benda-benda zaman kerajaan Hindu-Budha di Nusantara.
Mulai dari kerajaan Tarumanegara hingga kerajaan Majapahit. Benda peninggalannya masih didominasi arca namun terlihat lebih rapi.
Berpindah lorong berikutnya merupakan zaman peralihan, dari zaman Hindu-Buddha menuju agama Islam. Ditandai dengan kehadiran Walisongo.
Termasuk zaman Kerajaan Demak Bintaro sampai Mataram Islam, Sultan Agung. "Di zaman ini benda peninggalannya identik dengan keris, topeng dan wayang," jelas dia.
Selain zaman Mataram Islam, di museum ini juga terpajang sejumlah koleksi sejarah dari Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta. Mulai dari gamelan, gelas, cangkir, buku hingga batik.
Tiket Masuk
Tiket masuk ke museum ini dibanderol dengan harga Rp 30 ribu rupiah/orang, bagi wisatawan lokal dan Rp 50 ribu/orang untuk wisatawan mancanegara.
Harga tersebut menurut Ari terbilang murah. Karena selain bisa melihat koleksi benda sejarah, di dalam museum pengunjung akan disuguhi pertunjukan film animasi tiga dimensi.
"Ada juga arena foto Selfie Mataraman. Pengunjung bisa berfoto dengan latar nuansa kampung Mataram pada zaman dulu," terang dia.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Mengenal Museum History of Java, Museum yang Terapkan Teknologi Canggih untuk Belajar Sejarah