Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kue Putu, Jajanan Legendaris di Kota Padang yang Mulai Sulit Ditemukan

Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kue putu bambu dan kue putu mayang

"Tepung beras dimasak dengan air panas, dibentuk menggunakan cetakan mie," jelas pria asal Bukittinggi ini.

"Kue putu ini dimakan pake kelapa dan gula merah yang sudah cair, tapi biasanya orang Medan pake gula pasir," tutur Yazi lagi.

Kemudian kue putu yang telah jadi ditaruh di atas plastik mika bening.

"Dilapisi pake daun pisang juga bisa," tambahnya.

Yazi mengatakan peminat Kue Putu Bambu lebih banyak disukai konsumen dibandingkan Kue Putu Mayang.

Dalam sehari Yazi bisa menjual 150 Kue Putu Bambu, sedangkan untuk Kue Putu Mayang hanya 50.

"Kadang ada yang sekali beli langsung 50 buah, tapi kalau biasanya konsumen beli 5-10 buah," ujar Yazi.

Cukup siapkan Rp 2 ribu untuk satu potongnya, camilan ini cukup nikmat untuk menemani sore hari.

Yazi mengatakan mulai berjualan dari pukul 16.00 hingga pukul 22.00 WIB.

"Kecuali Hari Minggu, tidak berjualan libur," tambahnya.

Ditemui TribunPadang.com, Yusuf sedang membeli jajanan tradisional ini.

Ia mengatakan anaknya menyukai Kue Putu Mayang.

"Kue kaya gini sekarang agak susah dicari di sini," tuturnya.

Lalu, pria asal Medan ini bercerita kalau di kampung halamannya orang-orang berjualan kue putu dengan dipikul keliling kampung.

"Kalau di Medan makannya pakai gula pasir, kalau di sini lebih banyak milih gula merah," tutupnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul Kue Putu Jajanan Tradisional nan Melegenda yang Kini Mulai Sulit Ditemukan.

Tags: