"Setelah mereka mereka saling curiga dalam bersaing, mereka sempat konflik. lalu diadakan komitmen untuk hentikan ini problem dengan satu fokus solusi, yaitu siapa yang bisa tangkap dan nikahi ini perempuan, dialah yang berhak jadi Raja Manggarai," tuturnya.
Alhasil raja Todo yang kala itu mengetahui keberadaan wanita sakti tersebut dekat dengan kerajaannya, ia pun terjun langsung untuk mencarinya di kala masyarakat terlelap.
"Raja Todo berniat untuk menyudahi persaingan konflik tiga kerajaan yang memperebutkan wanita itu, alhasil dibunuhlah si wanita sakti tadi dengan cara tertentu. Sejak saat itu Todo memproklamirkan sebagai penguasa Manggarai sekaligus pemersatu kerajaan-kerajaan di sana," ucap Titus.
Menurut keterangan leluhurnya, setelah tersiar kabar wanita yang diperebutkan itu mati di tangan Raja Todo, ketiga kerajaan tersebut sepakat untuk tidak lagi konflik.
Peperangan yang sudah diprediksi akan terjadi pun tidak terwujud, dengan hasil daratan Manggarai dikembalikan ke Raja Todo.
"Mangkanya rumah-rumah niang di sini fungsinya seperti pusat pemerintahan, ada rumah urusan adat, rumah urusan keuangan, perhubungan, sampai keamanan atau perang," pungkas Titus yang kala itu mengantar KompasTravel dan tim Pegipegi Yuk! Jelajahi Indonesiamu berkeliling.
Sampai saat ini keturunan Todo, mengakui jika gendang tersebut jadi simbol persatuan masyarakat manggarai.
Sayangnya KompasTravel belum bisa melihat keunikan gendang tersebut secara langsung.
• Jangan Sampai Salah! Ini Urutan Masak Shabu-Shabu yang Benar
• Selain Toilet Canggih, Ini 10 Hal Unik yang Sering Kamu Jumpai di Jepang
• Mengenal Wat Rung Khun, Kuil Buddha dengan Bangunan Serba Putih yang Cantik di Thailand
• Mengenal Amezaiku, Seni Membuat Permen Manis Nan Imut dari Jepang
• Sering Dianggap Sama, Ini Bedanya Laksa Biasa dengan Laksa Singapura
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Gendang Desa Adat Todo yang Terbuat dari Kulit Manusia.