Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Payung, Alat Sederhana Asal Tiongkok yang Mengubah Dunia

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi seseorang menggunakan payung

Benda ini secara ekskusif digunakan oleh perempuan kaya.

Pada masa tersebut, populasi laki-laki di Eropa memandang payung sebagai produk feminin.

Mereka justru bangga ketika bisa bertahan menghadapi terik matahari hanya bermodal topi dan mantel.

Jatuhnya Kekaisaran Romawi membawa berakhirnya tradisi membawa payung oleh para perempuan kaya.

Selama 1.000 tahun, payung menghilang dari Eropa.

Payung kembali tenar pada akhir abad ke-16 atau masa Renaissance di Italia, Perancis, dan Inggris.

Kemungkinan masuknya kembali payung dalam mode dipengaruhi oleh cerita dan lukisan dari Asia (China) melalui jalur perdagangan darat.

Perubahan Tradisi Tradisi membawa payung oleh perempuan Eropa terus berlangsung hingga pertengahan abad ke-18.

Ketika itu, Jonas Hanway mulai mengenalkan payung yang lebih kuat dan berorientasi pada laki-laki.

Dalam 3 dekade saja, masyarakat Inggris mulai menerima payung sebagai aksesori umum.

Tren ini kemudian menyebar ke seluruh bagian Eropa.

Perkembangan Payung

(smithsonianmag.com)

Kalahkan Negara Barat! 7 Penemuan di China Ini Justru Mampu Ubah Masa Depan Dunia, Satunya Payung

Selanjutnya, payung modern terus berkembang.

Bahan payung menjadi beraneka ragam.

Satu perkembangan payung dilakukan oleh Samuel Fox pada 1852.

Halaman
1234