Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Penasaran Kenapa Warga Suku Tengger Gemar Mengenakan Sarung Sekali pun Siang Hari? Ini Jawabannya

Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengojek motor asli Suku Tengger menggunakan sarung saat melakukan kegiatan sehari-hari seperti mengantarkan wisatawan ke Puncak B29 DI Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (11/5/2017). Bagi Suku Tengger, sarung seperti harga diri, tren, dan juga identitas.

Sarungnya sama tapi makna beda. Ada untuk waktu santai."

"Misalnya sudah pulang kerja dan di rumah.

"Ada yang aktivitas yang tak terlalu berat. Ada yang bentuknya melindungi kabut yang turun ke punggung," jelas Budiyanto.

Penggunaan sarung oleh perempuan Suku Tengger juga memiliki penandaan status.

Ada yang menandakan perempuan lajang, menikah, juga janda.

"Perempuan ada seperti digunakan di kiri dan kanan bahu. Kekaweng simpulnya."

"Ada biasa dipakai perempuan yang sudah berkeluarga. Ada yang simpul di kanan, dipakai perempuan yang belum menikah tapi sudah pacar," ujarnya.

Satu cara penggunaan sarung Suku Tengger yang dicontohkan oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Budiyanto saat ditemui di rumahnya di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (11/5/2017). (KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO)

Penggunaan sarung oleh suku Tengger saat ini terus digunakan baik pada aktivitas sehari-hari maupun upacara adat.

Menurutnya, bila seorang suku Tengger tak menggunakan sarung maka akan menjadi bahan pergunjingan.

"Dulu penggunaan sarung lebih ke fungsi. Tak ada aturan itu yang melarang gak pakai sarung."

"Keluar wilayah Tengger gak pake sarung gak apa-apa. Seperti kebiasaan merokok, tak merokok tak enak."

Saya pun sama. Ketika kemana-mana gak pake sarung, itu kelihatan gak pantas."

"Kalau pakai sarung kan bisa gaya macam-macam. Seperti pelampiasan saja," jawabnya sambil tertawa dan mencontohkan memakai sarung.

"Sampai sekarang akhirnya adat bikin peraturan yang tak tertulis kalau ada acara adat itu wajib pakai ikat kepala dan sarung. Kalau gak pakai sarung tetep diperbincangkan," tambah Budiyanto.

Budaya memakai sarung ini sendiri ada sejak Suku Tengger hadir.

Halaman
1234