TRIBUNTRAVEL.COM - Bagi banyak orang, daya tarik waktu di luar ruangan terletak pada kesederhanaannya: merendam kaki yang lelah di sungai yang dingin, memasak di atas api, tidur di bawah bintang-bintang.
Namun, ada saat-saat ketika bahkan pendaki yang paling tangguh pun mendambakan kemudahan modern—yaitu, saat tiba waktunya untuk buang air besar.
Baca juga: Sempat Dilaporkan Hilang di Gunung Agung Bali, 2 Pendaki Asal Inggris Ditemukan

Baca juga: Heboh 2 Pendaki Adu Jotos karena Rebutan Tempat Foto di Gunung Everest, Videonya Viral
Mungkin tampak intuitif bahwa di hutan, seluruh dunia adalah toilet.
Bagaimanapun, hewan pergi ke mana pun mereka suka.
Baca juga: Heboh Pendaki Hampir Lumpuh karena Sentuh Tanaman Beracun di Gunung, Tim SAR Lakukan Penyelamatan
Baca juga: Pendaki Gunung Andong yang Nyalakan Flare Kena Blacklist Seumur Hidup
Namun anggapan itu salah karena sejumlah alasan, menurut Faith Overall, manajer keterlibatan masyarakat di Leave No Trace, sebuah organisasi yang mengajarkan orang-orang cara meminimalkan dampak mereka terhadap alam terbuka.
“Rusa tidak memakan sekantong Doritos,” kata Overall.
“Apa yang kita makan tidak selalu ditemukan di lingkungan alami.”
Dilansir dari atlasobscura, kotoran kita juga mengandung bakteri, virus, dan penyakit yang dapat mencemari sumber air dan membahayakan satwa liar.
Membuang limbah manusia dengan benar di hutan sangat penting untuk melindungi apa yang kita nikmati sejak awal.
Itu juga kesopanan umum.
Ruang terbuka kita lebih ramai dari sebelumnya , dan "tidak ada yang ingin menemukan tumpukan kotoran manusia saat mendaki," kata Overall.
Untungnya, buang air besar dengan cara yang bertanggung jawab tidaklah sulit.
Dengan sedikit persiapan, kamu cukup berjongkok.
Mari kita mulai dengan apa yang perlu dipersiapkan saat kebelet kencing.
Bawalah sekop berkebun atau sekop kecil.
Kamu juga memerlukan tisu toilet (idealnya yang tipis dan tidak berbau), tas yang berat dan dapat ditutup rapat seperti tas khusus pembeku, dan pembersih tangan.
Baca juga: Pendaki Tewas saat Mendaki Gunung Ciremai, Sempat Pingsan hingga Dinyatakan Meninggal Dunia
Lokasi buang air
Menurut National Park Service , lokasi ideal untuk buang air adalah sekitar 200 kaki—sekitar 80 langkah orang dewasa—dari semua jalur air, jalan setapak, atau tempat berkemah.
Namun, tidak sembarangan 80 langkah akan cukup.
Jika memungkinkan, pilih tempat di mana sampah kamu akan terurai dengan cepat.
Tanah yang gelap dan subur mengandung organisme yang akan membantu menguraikan kotoran, misalnya, dan panas matahari akan mempercepat penguraian.
Idealnya, toilet sementara harus berada di tanah yang tinggi, di mana air hujan tidak mungkin terkumpul.
Terakhir, demi kesehatan dan kebahagiaan pendaki lainnya, serta privasimu sendiri, cobalah cari lokasi yang tidak mungkin ditemukan orang lain.
Mulai menggali
Menggali jamban sendiri mungkin tampak tidak perlu, tetapi mengubur kotoran akan menjauhkannya dari hewan yang penasaran atau hujan dan erosi yang dapat membawanya ke sumber air.
Lubang harus sedalam 6 hingga 8 inci dan lebar 4 inci, dan sekop berkebun sederhana akan menyelesaikannya hanya dalam satu atau dua menit.
Lupa membawa sekop?
Pasak tenda, tongkat pendakian, atau bahkan sepatu bot dapat digunakan untuk menggali lubang.
Jika menemukan diri menggali toilet di tanah yang keras dan kering, cobalah membalik batu besar untuk memulai.
Saatnya buang air besar

Yang ini cukup mudah dijelaskan, tetapi ada beberapa trik yang bisa dilakukan.
Jongkok dengan bokong di bawah lutut akan mempercepat prosesnya, dan berpegangan atau bersandar pada pohon dapat memberi kamu waktu untuk bersantai sejenak.
Untuk membersihkan, pertimbangkan menggunakan bahan alami terlebih dahulu—misalnya batu halus, atau daun yang bukan poison ivy—lalu gunakan sedikit tisu toilet untuk menyelesaikan pekerjaan.
Setelah selesai, ambil tongkat dan aduk isi lubang —ini akan membantu proses dekomposisi.
Lalu isi lubang dengan tanah dan tutupi dengan sedikit daun.
Apa yang harus dibawa pulang?
Di sinilah konteks menjadi penting.
Apa yang harus dikubur dan apa yang harus dibawa keluar akan bergantung pada lokasi dan peraturan.
Di sebagian besar tempat, mengubur tisu toilet di lubang adalah hal yang wajar.
Namun, di lanskap tertentu, seperti gurun yang gersang atau ngarai sungai yang sempit, kamu mungkin perlu membawa tisu toilet (dan ingat, tisu basah dan produk menstruasi selalu perlu dibawa keluar).
Untuk melakukannya, kamu memerlukan kantong yang berat dan dapat disegel atau bahkan kantong kotoran anjing yang kuat.
Bagaimana dengan kencing?
"Air seni jauh lebih mudah dicerna daripada tinja," kata Overall.
Itu karena air seni tidak memiliki banyak pengaruh pada tanah atau tumbuhan dan terurai cukup cepat.
Di sini, aturannya serupa: Selalu buang air kecil setidaknya 200 kaki dari sumber air dan bawa (atau kubur dalam-dalam) tisu toilet yang kamu gunakan.
Ada beberapa peringatan: karena garam dalam urin dapat menarik satwa liar, cobalah untuk tidak buang air kecil di tempat yang seharusnya didatangi hewan (seperti tempat dengan tumbuhan yang rapuh).
Jika berada di ngarai atau dalam perjalanan arung jeram, mungkin sebaiknya buang air kecil langsung di sungai, untuk menghindari penumpukan urin di tepi sungai.
Ambar/TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.