TRIBUNTRAVEL.COM - Puncak Jaya di Pegunungan Cartenz, Papua identik dengan tutupan es atau dikenal sebagai "salju abadi".
Sayangnya, keberadaan salju abadi di Puncak Jaya tersebut terus mencari dari tahun ke tahun akibat pemanasan global.

Kondisi salju abadi di Puncak Jaya bahkan semakin mengkhawatirkan lantaran terus mengalami pencairan.
Hal itu diungkapkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang sudah beberapa tahun belakangan mengamati perubahan ini.
Baca juga: Fakta Kebakaran Bukit Teletubbies Gunung Bromo, 5 Flare Asap hingga Nasib Calon Pengantin
Melansir indonesia.go.id, Kamis (14/9/2023), BMKG menyebut salju abadi di Puncak Jaya mengalami penipisan sekira 2,5 meter per tahun dalam rentang waktu tahun 2016-2022.
Sementara itu, luas tutupan es salju yang memiliki ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut menyusut hingga 98 persen.
Semula tutupan es salju seluas 19,3 km persegi pada 1850 dan menjadi 0,34 km persegi pada 2020.
Adapun luas tutupan es di Puncak Jaya pada 2022 sekira 0,23 km persegi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BMKG bersama Ohio State University, AS, sejak tahun 2010 telah melakukan studi terkait analisis paleo-klimatologi berdasarkan inti es (ice core) pada gletser Puncak Jaya.
Baca juga: Viral Pendaki Asal Jakarta Alami Cedera saat Naik Gunung Kerinci, Kini Berhasil Dievakuasi Tim SAR
Secara berkala BMKG dengan didukung PT Freeport Indonesia kemudian terus melakukan kegiatan pemantauan terhadap luas dan tebal gletser di Puncak Jaya.
Berdasarkan pengamatan melalui foto udara, sampai saat ini tutupan es di Puncak Jaya terus-menerus mengalami pencairan dan terancam lenyap.
Pada 2010, tebal es diperkirakan mencapai 32 meter dan laju penipisan es sebesar 1,05 meter per tahun terjadi pada tahun 2010-2015.

Kemudian saat terjadi El Nino kuat pada tahun 2015-2016, penipisan es pun mencapai 5 meter per tahun.
Koordinator Bidang Litbang Klimatologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Donaldi Sukma Permana menyatakan, ketebalan es telah berkurang 12,5 meter pada awal 2021.
Ini setara dengan laju penipisan sekira 2,5 meter per tahun.
"Kami menggunakan pemodelan CORDEX-SEA dan data observasi untuk memprediksi hilangnya tutupan es Papua berdasarkan proyeksi iklim di masa depan. Hasilnya, tutupan es di Puncak Jaya diperkirakan hilang pada 2026," ujar Donaldi, dalam tulisannya yang dimuat di The Conversation.
Baca juga: Fakta di Balik Viral Tanaman Membeku Sekitar Gunung Bromo, Fenomena Apakah Itu?
Lebih lanjut, Pakar Klimatologi BMKG itu mengatakan laju penipisan gletser dapat habis total paling cepat pada 2024.
"Risiko ini semakin besar karena El Niño–yang membuat iklim bumi lebih hangat–dapat terjadi pada tahun ini," paparnya.
Ketua Tim Studi Dampak Perubahan Iklim pada Gletser di Puncak Jaya tersebut menambahkan mencairnya lapisan es yang menutupi Puncak Jaya berdampak pada meningkatnya tinggi muka laut secara global.
"Dampak nyata lainnya dari pencairan es di pegunungan ini adalah adanya kontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut secara global," ujarnya.

Sementara Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia berdampak pada mencairnya salju abadi di Puncak Jaya.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatat, suhu rata-rata global pada awal Juni 2023 telah mencapai 1,5 derajat celsius lebih panas dibandingkan suhu pada masa pra-industri.
Baca juga: Viral Nenek 70 Tahun Berhasil Mendaki Gunung Slamet, Sudah Taklukan Belasan Gunung
Rekor suhu rata-rata global terpanas terjadi pada 3 Juli yang mencapai 17,01 derajat celsius.
Diprediksi salju akan lenyap pada 2026.
Fenomena El Nino yang terjadi tahun ini pun berpotensi turut mempercepat kepunahan tutupan es di Puncak Jaya.
Lapisan gletser akan menipis paling cepat pada 2024.
"Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam. Perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tersebut," ungkap Dwikorita, dikutip dari siaran pers BMKG.
Sebagaimana diketahui, Puncak Jaya atau dikenal sebagai Piramida Cartenz merupakan puncak Gunung Cartenz di Papua
Salju abadi di puncak gunung merupakan fenomena alam yang sangat langka.
Selain di Piramida Cartenz, fenomena unik ini hanya dapat ditemui di dua tempat lainnya pada kawasan tropis dunia yakni di Pegunungan Andes dan Gunung Kilimanjaro.
Baca juga: Imbas Kebakaran Bukit Teletubbies Gunung Bromo, Aliran Air Bersih ke 6 Desa Terputus
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita viral, kunjungi laman ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.