Breaking News:

Perjalanan Bus Jemaah Haji Gelombang Kedua dari Mekkah ke Madinah Bisa Dipantau Lewat GPS

PPIH bisa memantau perjalanan jemaah haji gelombang kedua dari Mekkah ke Madinah menggunakan Sistem Pemosisi Global atau GPS yang terpasang di bus.

Editor: Nurul Intaniar
ekrem /Pixabay
Ilustrasi suasana ibadah haji di Mekkah, Arab Saudi. PPIH bisa memantau perjalanan jemaah haji gelombang kedua dari Mekkah ke Madinah menggunakan Sistem Pemosisi Global atau GPS yang terpasang di bus. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Perjalanan bus jemaah haji asal Indonesia dari Mekkah ke Madinah bisa dipantau lewat GPS.

Jemaah haji Indonesia gelombang kedua telah diberangkatkan dari Mekkah ke Madinah pada Senin (10/7/2023).


Untuk memastikan semua jemaah haji Indonesia melafalkan niat umrah wajib saat miqat di Bir Ali, Madinah, petugas sektor khusus harus rela masuk satu per satu bus yang parkir di sana.
Untuk memastikan semua jemaah haji Indonesia melafalkan niat umrah wajib saat miqat di Bir Ali, Madinah, petugas sektor khusus harus rela masuk satu per satu bus yang parkir di sana. (surya.co.id/Galih Lintarkita)

Mereka diberangkatkan dari Mekkah ke Madinah naik armada bus yang disiapkan oleh perusahaan yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi.

Sejumlah bus yang digunakan untuk mengangkut jemaah haji dari Mekkah ke Madinah ini difasilitasi dengan sistem GPS atau yang lebih dikenal dengan Sistem Pemosisi Global.

Baca juga: Emas 180 Gram Milik Jemaah Haji Makassar Diperiksa Bea Cukai, Ternyata Imitasi Harga Rp 900 Ribu

Perjalanan armada bus dari pemerintah Arab Saudi dipantau langsung oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi melalui GPS tersebut.

Sehingga PPIH bisa melihat langsung sudah sampai mana perjalanan bus yang mengangkut jemaah haji itu.

"Sebagaimana arahan Pak Menteri kita akan mentracking mobil bus yang ada dari Makkah. Jadi kita sudah koordinasi dengan naqobah dan perusahaan-perusahaan atau syarikah bus yang ada 11 perusahaan tersebut. Kita minta GPS dan user id-nya. Sehingga posisi bus dari Makkah kita bisa mengetahuinya," kata Zaenal Muttaqin, Kepala Daerah Kerja Madinah, Minggu (9/7/2023).

Baca juga: Buntut Viralnya Jemaah Haji Pakai Emas 180 Gram Sepulang dari Tanah Suci: Bakal Kena Pajak

Ilustrasi suasana ibadah Haji.
Ilustrasi suasana ibadah Haji. PPIH bisa memantau perjalanan jemaah haji gelombang kedua dari Mekkah ke Madinah menggunakan Sistem Pemosisi Global atau GPS yang terpasang di bus. (Haidan /Unsplash)

Untuk memastikan pemantuanan bus-bus yang membawa jamaah haji Indonesia ini, sambung Zaenal, pihaknya telah menyiapkan alat-alat yang diperlukan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengoperasionalkannya.

Zainal juga mengaku sudah berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan hotel di Madinah yang akan menerima kedatangan jamaah gelombang II dari Makkah ke Madinah.

Harapannya, mereka sudah siap menerima kedatangan jamaah Indonesia secara maksimal.

Baca juga: Cerita Pilot Terbang Bersama Ibunya Pergi Haji, Kisah Mengharukan yang Viral di Media Sosial

2 dari 4 halaman

Selain itu terkait dengan konsumsi jamaah, pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan 21 perusahaan yang akan memberikan layanan katering untuk jamaah haji Indonesia.

"Tadi pagi kita sudah koordinasi dengan 21 perusahaan katering. Kita sampaikan apresiasi dari pimpinan berkaitan dengan komitmen dan layanan yang baik. Dan alhamdulillah mereka juga sangat antusias dan bersemangat terhadap pelayanan gelombang yang pertama dan siap untuk pelayanan gelombang kedua," ujar Zaenal.

Zaenal menegaskan, seluruh komponen terkait dengan proses persiapan layanan gelombang kedua sudah siap.

Ilustrasi suasana ibadah haji. PPIH bisa memantau perjalanan jemaah haji gelombang kedua dari Mekkah ke Madinah menggunakan Sistem Pemosisi Global atau GPS yang terpasang di bus.
Ilustrasi suasana ibadah haji. PPIH bisa memantau perjalanan jemaah haji gelombang kedua dari Mekkah ke Madinah menggunakan Sistem Pemosisi Global atau GPS yang terpasang di bus. (ekrem /Pixabay)

Harapannya, seperti juga harapan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU), Hilman Latif, semuanya bisa berjalan dengan lancar dan tanpa kendala apapun.

Sebagai informasi, jumlah jamaah gelombang kedua yang akan diberangkatkan dari Makkah ke Madinah sekitar 109 atau 108 ribu jamaah.

Selama di Madinah, jamaah haji gelombang kedua akan melaksanakan salat Arba'in dan ziarah ke tempat-tempat bersejarah lainnya.

"Mereka ziarah di sekitar kota Madinah, baik ke Masjid Quba, Qiblatain, ziarah ke Makam Nabi Muhammad dan tempat-tempat lainnya, di samping juga salat 40 waktu di Masjid Nabawi," pungkas Zaenal.

Baca juga: Nasib Pilu Jemaah Haji yang Pamer Emas 180 Gram saat Pulang dari Tanah Suci

Tahun Depan Kuota Pendamping Haji Lansia Ditiadakan, Menag Sebut Bisa Ganggu Sistem Antrean

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengumumkan kebijakan baru jemaah haji untuk tahun depan.

Jika tahun ini jemaah haji lansia masih bisa ditemani oleh pendamping haji, tapi kebijakan tahun depan berbeda.

3 dari 4 halaman

Mulai 2024, Menag menyebut kemungkinan ditiadakannya kuota pendamping haji.

Sehingga calon jemaah haji lansia yang masih bugar bisa berangkat ke tanah suci tanpa pendamping dengan alasan tertentu.

Dihapuskannya kuota pendamping haji ini lantaran disebut bisa mengganggu sistem antrean calon jemaah haji.

Apalagi dengan banyaknya jumlah kuota pendamping haji juga disebut bisa merugikan jemaah lainnya, terlebih jumlah lansia tidak sedikit.

"Kalau pendamping kita masukkan, antreannya pasti yang seharusnya berangkat dia akan tergeser karena diambil kuotanya oleh pendamping ini. Tentu kita tidak ingin itu terjadi. Kita inginnya supaya jamaah ini bisa berangkat beribadah dengan cara-cara yang berkeadilan. Adil dalam terjemahan kami ya seperti itu," kata Menag, Jumat (7/7/2023).

Ilustrasi jemaah mengelilingi Kabah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi.
Ilustrasi jemaah mengelilingi Kabah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi. PPIH bisa memantau perjalanan jemaah haji gelombang kedua dari Mekkah ke Madinah menggunakan Sistem Pemosisi Global atau GPS yang terpasang di bus. (Flickr/Almas Baig)

Pria yang akrab disapa Gus Men ini juga menilai bahwa tidak semua lansia tidak istitha’ah.

Ada banyak jamaah berusia di atas 90 tahun yang masih segar bugar.

Artinya, ukuran kriterianya bukan lansia tapi istitha'ah kesehatan.

Hal ini juga akan didiskusikan dengan Komisi VIII DPR.

"Kemarin waktu bertemu DPR sebelum puncak haji, sudah saya sampaikan, bagaimana kalau kita berusaha mengubah peraturan agar istita’ah kesehatan ini dijadikan syarat. Sekarang ini kan prosesnya terbalik, kita lunas dulu baru cek kesehatan. Sehingga mau tidak mau kalau sudah lunas harus diberangkatkan," paparnya.

4 dari 4 halaman

"Kita ingin ke depan mudah-mudahan ini bisa kita buat aturannya, istitha’ah kesehatan dulu. Kalau sudah memenuhi istitha’ah kesehatan, baru kemudian melakukan pelunasan,” paparnya.

Baca juga: Jemaah Haji yang Nekat Bawa Air Zamzam dalam Koper Akan Dibongkar Paksa di Bandara

Meskipun, kata dia, ini tentu juga ada tantangannya dan tidak mudah.

Waktunya juga pasti diperlukan lebih panjang.

Tapi pihaknya akan terus berikhtiar agar pelayanan kepada jamaah ini menjadi terus lebih baik dan jamaah menjadi lebih nyaman.

Ditanya soal kuota tambahan, Gus Men berharap tahun depan itu juga ada.

Sebab, kuota tambahan juga akan memperpendek antrean haji.

"Saya sudah sampaikan itu ke Menteri Haji. Tapi kata Pak Menteri Haji waktu itu, ya kita lihat dulu proses kuota penuhnya ini. Kalau kita bisa memenuhi, kita akan bicarakan," tandasnya.

Penyelenggaran haji 1444 H akan berakhir pada 3 Agustus 2023 seiring mendaratnya kloter terakhir jamaah haji Indonesia di Tanah Air.

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Pantau Bus Jamaah Haji Gelombang Kedua dari Makkah ke Madinah Melalui GPS

Selanjutnya
Sumber: Surya
Tags:
Arab SaudiMekkahMadinahbusGPS Al Ittihad Saleh Al-Shehri Salem Al-Dawsari Haji Furoda
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved