TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang pemandu pendakian Gunung Everest belum lama ini menyelamatkan seorang pendaki asal Malaysia.
Pendaki tersebut dilaporkan menggigil di dekat "zona kematian" Gunung Everest.

Pemandu, yang bernama Gelje, kemudian membawa pendaki yang kedinginan ke tempat aman.
Gelje merupakan seorang Sherpa, suku bangsa yang hidup di lereng-lereng pegunungan Himalaya.
Baca juga: Terungkap Sumber Suara Aneh & Menakutkan dari Gunung Everest di Malam Hari
Orang-orang Sherpa memang terkenal sebagai pemandu para pendaki Gunung Everest.
Melansir People, Gelje menemukan pendaki yang tengah berpegangan pada sebuah tali pertengahan Mei 2023 lalu.
Pejabat pariwisata Nepal, Bigyan Koirala, mengapresiasi aksi Gelje.
Sebab, aksi penyelamatan Gelje tergolong hampir mustahil.
"hampir tidak mungkin untuk menyelamatkan pendaki di ketinggian itu," kata Koirala.
Pendaki ditemukan pada ketinggian lebih dari 6.000 meter.
Baca juga: Calon Pendaki Gunung Everest Tak Bisa Mulai Pendakian dari Tibet, Apa yang Terjadi?
Pada ketinggian tersebut, suhu bisa turun hingga minus 30 derajat celcius.
"Ini adalah operasi yang sangat langka," ungkap Koirala.
Gelje bertemu dengan pendaki Malaysia saat memimpin klien asal China ke puncak Everest.

Dia kemudian meyakinkan kliennya menghentikan pendakian untuk upaya penyelamatan.
Selama enam jam, Gelje mengangkut pendaki sendirian menuruni gunung, sebelum pemandu lain bergabung dalam upaya penyelamatan.
Kedua pemandu kemudian bergiliran menggendong pria itu di punggung mereka.
Baca juga: Pecahkan Rekor Dunia, Pria Ini Taklukkan Puncak Gunung Everest Sebanyak 25 Kali
“Menyelamatkan satu nyawa lebih penting daripada berdoa di biara,” kata Gelje.
Setelah mencapai Camp III, pendaki diterbangkan ke basecamp.
Selama musim pendakian Maret hingga Mei 2023, setidaknya 12 pendaki dari 478 izin yang dicabut telah meninggal dunia, yang merupakan jumlah tertinggi selama delapan tahun.
Sementara itu, lima pendaki masih berstatus hilang.

Sekilas Tentang Suku Sherpa
Di pegunungan Himalaya, ada orang-orang Tibet yang tinggal di bagian timur laut negara Nepal.
Mereka adalah orang-orang suku Sherpa.
Melansir Bobo.grid.id, suku Sherpa dikenal karena kemampuannya bertahan hidup di tempat yang suhunya dingin.
Dalam bahasa Tibet, “Sherpa” disebut “Shar Pa” yang artinya orang-orang dari timur.
Baca juga: Keren! Sampah yang Ada di Gunung Everest Ini Akan Diubah Jadi Karya Seni
Pada zaman dulu, suku Sherpa memiliki gaya hidup nomaden, mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun sekarang, suku Sherpa menetap di satu tempat.
Orang-orang Sherpa ini suka memandu para pendaki yang ingin mencapai puncak Everest.
Rupanya, orang-orang Sherpa memiliki kemampuan lebih untuk bertahan pada ketinggian dan cuaca yang sangat dingin.

Banyak penelitian yang mempelajari kemampuan bertahan hidup suku Sherpa ini.
British Medical Journal juga mengatakan kalau penyebab kematian terbanyak orang-orang Sherpa bukan berasal dari penyakit ketinggian.
Melainkan lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan-kecelakaan seperti tertimpa salju atau es yang longsor.
Menurut jurnal penelitian dari F1000 Research, orang Sherpa memiliki sel-sel dalam tubuh yang sudah beradaptasi dengan cuaca di pegunungan Himalaya.
Orang Sherpa dikatakan memiliki sistem peredaran darah yang lebih baik dari orang-orang pada umumnya.
Hal ini membuat organ-organ dalam tubuhnya menerima oksigen dalam jumlah yang cukup.
Itulah mengapa orang Sherpa bisa bertahan hidup di tempat yang sangat dingin seperti di Pegunungan Himalaya.
Baca juga: Nepal Akan Pindahkan Base Camp Everest Akibat Gletser Mencair, Lokasinya 400 Meter Lebih Rendah
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita viral, kunjungi laman ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.