TRIBUNTRAVEL.COM - Atmosfer berbeda tampaknya akan kamu rasakan saat mengunjungi Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh.
Ya, siapa sangka jika Arab Saudi yang dulu terkenal cukup ketat, kini sedikit demi sedikit mulai membuka diri.
Setelah berkutat dengan banyak aturan sosial, Arab Saudi kini tampil dengan wajah baru yang lebih bebas.
Terkhusus bagi para perempuan, beberapa di antara mereka sudah tak lagi mengenakan cadar dan pakaian abaya di tempat umum.
Baca juga: Arab Saudi Akan Bangun Bandara Baru, Digadang-gadang Salah Satu Bandara Terbesar di Dunia
Sebagaimana diketahui, abaya sendiri merupakan pakaian tradisional panjang yang sempat diwajibkan untuk semua wanita di Arab Saudi.
Namun, aturan tersebut mulai dilonggarkan secara bertahap.
TONTON JUGA:
Sehingga menjadikan beberapa perempuan di Arab Saudi tampak hanya menggunakan hijab biasa, bahkan ada juga yang tampil tanpa penutup rambut mereka.
Pemandangan mencolok seperti ini tak hanya dapat dilihat pada perempuan-perempuannya saja.
Akan tetapi juga pada aktivitas sehari-hari yang terjadi di ruang publik.
Seperti satu di antaranya pada Bandara Internasional King Khalid Riyadh, pria dan wanita sudah mulai mengantri di jalur yang sama di bea cukai.
Wajah baru Riyadh dan batasan sosial telah mengubah kehidupan sehari-hari di Arab Saudi secara signifikan.
“Mengunjungi Arab Saudi secara keseluruhan adalah pengalaman yang berbeda pada tahun 2008 dibandingkan saat ini, dengan aturan ketat mengenakan abaya dan kerudung serta pemisahan jenis kelamin yang mencolok,” kata Samia, seorang turis Mesir yang mengunjungi keluarga besarnya di Jeddah.
Baca juga: Aturan Baru Arab Saudi: Pria Boleh Kenakan Celana Pendek, Kecuali di Dua Tempat Ini
Kebebasan yang terjadi di Arab Saudi tak serta-merta terjadi begitu saja.
Sebagaimana diketahui, hal ini merupakan visi besar yang telah dicanangkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman sejak 2016 lalu.
Di mana kebebasan aspek sosial menurutnya adalah langkah pertama yang dibuat pemerintah untuk memperkenalkan berbagai proyek dan inisiatif transformasional untuk mendorong kemajuan negara.
Dalam implementasinya sendiri, kini percampuran antara laki-laki dan perempuan menjadi lebih umum dan polisi agama tidak terlihat.
Sekarang, wanita lebih terlibat di tempat kerja, menempa jalan mereka sendiri dan membuktikan bahwa mereka merupakan bagian integral dari ekonomi Arab Saudi dan pertumbuhannya.
Di sini lain, Pemerintah Saudi juga telah memberikan peningkatan kesempatan bagi warga negara untuk bekerja di sektor swasta dan publik melalui kerangka Nitaqat.
Hal itu mengingat dua per tiga dari populasi warga Kota Riyadh usianya masih terbilang sangat muda.
Sekira lebih dari setengahnya berusia di bawah 20 tahun dan kurang dari seperlima berusia di atas 60 tahun.
Populasi saat ini sebesar 7,5 juta diperkirakan mencapai 10 hingga 15 juta pada tahun 2030.
Baca juga: Melihat Kampung Monyet di Arab Saudi, Jadi Pemandangan Unik Khas Puncak Pegunungan
Dikutip dari The National, Rabu (4/1/2023) Arab Saudi sekarang terlihat berbeda jauh dengan 10 tahun yang lalu.
Di mana sebagian besar tempat kerja pada masa itu masih didominasi laki-laki, kata Khaled Alturki, salah satu pendiri dan kepala eksekutif Marefa Digital, sebuah platform pembelajaran yang mengadakan lokakarya dan sesi pelatihan.
“Perpaduan yang sehat antara perempuan dan laki-laki hadir saat kami menyampaikan lokakarya dan pelatihan,” kata Khaled Alturki.
“Ada lebih banyak keragaman dan inklusi.”
Gambaran yang sama juga disampaikan oleh Susan Parker, yang telah bekerja di Teluk sejak 2008, termasuk di Dubai dan Abu Dhabi.
Melalui pernyataannya, ia mengaku terkejut dangan semangat besar yang hendak dicapai oleh kota tersebut.
“Tidak ada kata sifat yang cukup besar untuk menggambarkan perubahan yang telah dilihat Riyadh,” kata Susan Parker.
Baca juga: Kocaknya Pedagang Parfum di Arab Saudi, Tawarkan Dagangannya Pakai Bahasa Jawa
Ia mengungkapkan bahwa pada 2016 ia cukup kesulitan sebagai pendatang pada masa itu
Dikatakan demikian karena wanita asing yang belum menikah tidak bisa mendapatkan visa pengunjung untuk pertemuan klien di Ibu Kota.
Sekarang dia adalah penduduk kerajaan yang bangga dan diliputi oleh kehangatan dan antusiasme yang dia alami dari orang Arab Saudi di era baru ini.
“Sikapnya sangat terbuka, ramah dan berpikiran maju,” kata Parker, kepala komunikasi untuk Cenomi Group, merek ritel dan gaya hidup terbesar kerajaan.
“Semua orang benar-benar merasa mereka berperan dalam perubahan ini."
“Anda terkejut dengan semangat komunitas yang positif ini untuk berhasil.”
Baca juga: Warga Arab Saudi Rayakan Halloween di Riyadh, Ramai-ramai Pakai Kostum Menyeramkan
(TribunTravel/Zed)
Baca selengkapnya soal Arab Saudi di sini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.