TRIBUNTRAVEL.COM - Rusia adalah salah satu negara yang menjadi mitra dagang terpenting bagi Turki.
Hal inilah yang mendasari Turki tidak mengenakan sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina meski mendapat tekanan besar dari sejumlah negara.

Alih-alih menangguhkan layanan, penerbangan antara Turki dan Rusia justru terus beroperasi.
Namun kini Pusat Pelatihan Penerbangan Turkish Airlines dikabarkan menolak pilot Rusia dari pelatihan simulatornya, seperti dikutip dari laman Simple Flying, Rabu (21/9/2022).
Baca juga: Badai Hantam Pesawat saat Hendak Mendarat, Pilot Ungkap Apa Saja yang Dilakukan di Kokpit
Kebijakan tersebut ternyata bukanlah atas nama Presiden Turki Erdogan, melaikan Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA).
Artinya, maskapai tidak dapat lagi melatih pilot Rusia karena sanksi Uni Eropa yang dikenakan terhadap Rusia.
Keputusan dari pusat pelatihan dikirim ke maskapai Rusia dan diakuisisi oleh saluran Telegram Aviatorshina yang berbunyi:
“Maskapai penerbangan Rusia tidak akan lagi dapat mengirim pilot ke Turki untuk pelatihan simulasi penerbangan (FSTD).
Karena pengetatan sanksi, pusat pelatihan penerbangan Turki berhenti bekerja dengan operator dari Rusia.
Dengan demikian, pusat pelatihan Turkish Airlines hari ini memberi tahu maskapai Rusia bahwa, sesuai dengan pengetatan sanksi oleh European Aviation Safety Agency (EASA), terpaksa berhenti bekerja dengan perusahaan dari Rusia, karena semua FSTD disetujui oleh EASA."
Isi surat tersebut juga telah dikonfrimasi oleh seorang pilot dari salah satu maskapai yang dituju.
Melalui situs resminya, EASA telah menangguhkan semua sertifikat FSTD yang dikeluarkan oleh EASA untuk organisasi di Rusia.
Badan tersebut juga telah menangguhkan pelatihan dan perizinan semua personel perawatan pesawat dari Rusia.
Baca juga: Turki Resmi Ganti Nama jadi Türkiye, Ini Makna dan Alasan di Baliknya
Siapa pun yang melakukan pelatihan personel penerbangan Rusia dapat berisiko terkena sanksi sekunder.
Poros ini menyebabkan masalah yang signifikan untuk pelatihan lanjutan pilot Rusia, yang tidak memiliki akses domestik ke simulator berbadan lebar, meskipun simulator Boeing 737 dan Airbus A320 lazim di seluruh negeri.
Pilot harus menjalani pelatihan simulasi dua kali setiap tahun.
Sementara Rusia mungkin telah melompati beberapa rintangan hukum dengan mendaftarkan ulang pesawat milik asing di dalam negeri, Rusia tidak dapat dengan mudah menutup mata terhadap undang-undang penerbangannya sendiri.
Sebab, aturan menyatakan bahwa pilot yang gagal memenuhi persyaratan pelatihan tidak akan lagi diizinkan terbang.
Bahkan jika negara itu bisa mengatasi masalah kelaikan udara armada yang gagal dan mengkanibal pesawat jarak jauhnya sendiri untuk suku cadang, tidak akan ada pilot yang diizinkan menerbangkan pesawat.
Jika Presiden Vladimir Putin memang "mengakhiri segalanya dengan cepat" di Ukraina, prediksi Aeroflot Group dari dua minggu lalu yang menargetkan mengangkut 40 juta penumpang per tahun pada 2023 dan 2024 mungkin harus sedikit bergeser.
Kecuali jika berencana untuk membangun simulator Airbus A350 sendiri dari awal, yang sekali lagi, akan sulit tanpa akses ke suku cadang asing.

Pesawat Rusia Terjebak di Kanada, Dikenakan Biaya Parkir hingga Rp 15 Juta per Hari
Pesawat Antonov An-124 milik Rusia telah dikenakan biaya parkir lebih dari Rp 15 juta per hari di Bandara Toronto Pearson, Kanada.
Pesawat kargo, yang dioperasikan oleh Volga-Dnepr, telah terjebak di Kanada sejak 27 Februari 2022 lalu setelah wilayah udara Kanada ditutup untuk pesawat Rusia.
Bahkan, total biaya parkir pesawat tersebut kini telah membengkak hingga miliaran rupiah.
Tarif parkir pesawat standar di Bandara Toronto Pearson dibanderol seharga Rp 15,3 juta per 24 jam.
Baca juga: Pensiunan Tembak Jatuh Jet Rusia Senilai Rp 1,2 T Pakai Senapan Antik, Ukraina Hadiahkan Medali
Pesawat telah terdampar sejak 27 Februari, membuatnya terus berada di darat selama 96 hari dan akan terus bertambah.
Sampai hari ini, biaya parkir Antonov An-124 yang terjebak di Bandara Toronto Pearson mencapai Rp 1,4 miliar.
Keadaan semakin memburuk lantaran tidak ada indikasi yang jelas kapan pesawat diperbolehkan untuk pergi.
Pihak berwenang di Kanada bersikeras bahwa larangan wilayah udara untuk Rusia akan tetap berlaku di masa mendatang.
"Pesawat tidak dapat berangkat di wilayah udara teritorial Kanada karena akan melanggar NOTAM (Notice to Airmen)," kata Hicham Ayoun, juru bicara Transport Canada.

Baca juga: Detik-detik Pesawat Garuda Indonesia yang Antar Jokowi Mendarat di Rusia, Disambut Cuaca Cerah
"Yang terakhir tetap di tempat, dan tidak ada rencana untuk membuat revisi atau mengubahnya saat ini," imbuhnya.
Ayoun menambahkan bahwa An-124 adalah satu-satunya pesawat yang saat ini terkena dampak larangan federal terhadap pesawat Rusia.
Larangan menyeluruh Kanada berlaku untuk pesawat milik atau terdaftar Rusia, serta pesawat yang dicarter, disewa, dioperasikan atau dikendalikan oleh orang yang terkait dengan Federasi Rusia, perusahaan serta entitas Rusia.
Diketahui, pesawat Antonov An-124 kala itu sedang mengirimkan alat tes Covid-19 pada penugasan kargo terakhirnya.
Pesawat tiba di Toronto pada 27 Februari 2022 dari China, melalui Anchorage dan Rusia, dan dijadwalkan akan segera berangkat.
Namun, selama periode singkat tersebut, Kanada mengumumkan telah menutup wilayah udaranya untuk semua pesawat Rusia, meninggalkan An-124 terdampar di bandara.
Seorang juru bicara Bandara Toronto Pearson telah mengonfirmasi bahwa pesawat disimpan di lokasi yang aman.
Sementara Volga-Dnepr, selaku operator, mengatakan bahwa mereka sedang mencari solusi untuk mendapatkan kembali pesawat yang disita.
Baca juga: Viral Pesawat Presiden Jokowi Berputar 360 Derajat di Langit Turki, Ini Kata Istana
(TribunTravel.com/mym)
Baca selengkapnya soal artikel penerbangan di sini.