TRIBUNTRAVEL.COM - Ethiopia baru-baru ini dikabarkan sedang menghadapi musim kekeringan yang berkepanjangan.
Rendahnya curah hujan dalam 30 tahun terakhir berhasil menghancurkan tanaman pangan dan membunuh ternak warga sekitar.
Akibatnya banyak kehidupan di Ethiopia menderita kelaparan baik dari masyarakatnya terutama para binatang.
Kondisi alam yang buruk ini rupanya berdampak fatal pada sejumlah monyet di Ethiopia.

Baca juga: 4 Fakta Unik Ethiopia, Negara yang Lakukan Penanaman Pohon Terbanyak di Dunia
Baca juga: Terungkap Alasan Mengapa Wanita Suku Mursi di Ethiopia Menggunakan Pelat Bibir
Menurut laporan baru dari Save the Children, monyet-monyet itu menjadi gila karena lapar dan haus sehingga terlibat dalam perilaku yang tidak biasa.
Dikatakan demikian karena baru-baru ini monyet-monyet tersebut dikabarkan mulai menyerang anak-anak serta ternak.
Diwartakan Daily Star, kekeringan telah memperburuk kondisi kehidupan yang sudah sulit di negara itu.
Alam Ethiopia telah dirusak oleh konflik dan kesulitan ekonomi karena faktor-faktor di luar kendali penduduk.
Badan amal itu juga memperkirakan bahwa hingga 185.000 anak menderita kekurangan gizi yang paling mematikan akibat kekeringan.
Akibatnya, banyak penduduk tidak dapat tinggal di rumah mereka, dan banyak keluarga telah pergi ke luar negeri untuk mencari kehidupan yang layak.
TONTON JUGA:
Baca juga: Kekeringan Ekstrem Melanda Irak, Sebabkan Arkeolog Temukan Reruntuhan Kota Kuno Secara Tiba-tiba
Baca juga: 30 Tahun Terendam Air, Desa Hantu Muncul dari Bendungan yang Kekeringan saat Musim Panas
Menyampaikan tragedi itu, seorang ayah dari tujuh anak mengatakan "Saya tidak tahu bagaimana memberi makan anak-anak saya. Hujan gagal."
“Rumput menjadi layu. Domba dan kambing saya mati, bersama dengan ratusan dan ribuan hewan dari desa kami."
“Kami mengemasi barang-barang kami yang sedikit di atas kereta keledai dan berangkat pada tengah malam.”
Xavier Joubert, Country Director Save the Children di Ethiopia, mengatakan: “Anak-anak, terutama anak kecil, menanggung beban krisis yang mengerikan dan beragam di Ethiopia."
"Kekeringan yang berkepanjangan, meluas, dan melemahkan menggerus ketahanan mereka, yang sudah lelah oleh konflik yang melelahkan dan dua tahun pandemi Covid-19."
“Sayangnya, pada 2022, krisis di Ethiopia tumbuh dalam kompleksitas dan skala."

"Di selatan dan timur, kekeringan berkepanjangan menghancurkan kehidupan dan mata pencaharian."
"Di utara, jutaan keluarga terlantar hampir tidak memiliki akses ke makanan, layanan kesehatan, mata pencaharian."
"Dan di barat daya, konflik tersembunyi menggusur ratusan ribu orang."
“Keluarga yang melarikan diri dari kekeringan atau konflik hanya memiliki sedikit, beberapa hanya dengan anak-anak dan pakaian di punggung mereka."
"Meskipun beberapa keluarga kembali ke rumah, mereka menemukan rumah, rumah sakit, dan sekolah mereka rusak atau hancur, dan mata pencaharian mereka hilang.”
Baca juga: Penampakan Reruntuhan Kota Tua yang Kembali Muncul Akibat Kekeringan Melanda
Baca juga: Suku Surma di Ethiopia Punya Tradisi Unik Minum Darah Sapi, Ternyata Ini Alasannya
(TribunTrave/Zed)
Baca selengkapnya soal Ethiopia di sini.