Breaking News:

Ramadan 2021

Menengok Meugang, Tradisi Masak Daging di Banda Aceh untuk Sambut Bulan Ramadan

Jelang hari besar umat Islam seperti bulan Ramadan, masyarakat Banda Aceh selalu lakukan tradisi meugang, menghidangkan dan makan daging sepuasnya.

Editor: ronnaqrtayn
KOMPAS.com/RAJA UMAR
Untuk melestarikan tradisi meugang di Aceh yang sudah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda nasional, Pemerintah Kota Banda Aceh bersama Yayasan Khadam Indonesia (YKI) dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh menggelar Festival Meugang di Pasar daging tradisional Peunayong, Banda Aceh, Senin (20/8/2018). 

TRIBUNTRAVEL.COM - Banda Aceh merupakan sebuah provinsi yang mayoritas masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam atau Muslim.

Sebagai sebuah wilayah yang didominasi oleh Muslim, Aceh memiliki beragam tradisi keagamaan yang masih dilakukan hingga kini.

Satu di antara tradisi yang paling dikenal adalah tradisi meugang yang juga dikenal dengan sebutan makmeugang, haghi mamagang, uroe meugang atau uroe keuneukoh, mengutip bandaacehkota.go.id.

'Gang' sendiri adalah bahasa Aceh yang memiliki arti 'pasar'.

Di hari-hari biasa, pasar tidak banyak dikunjungi oleh masyarakat.

Namun, saat menjelang bulan Ramadan, Idulfitri dan Iduladha, masyarakat akan ramai mendatangi pasar.

Sehingga, dari situlah muncul istilah 'makmu that gang nyan' yang berarti makmur sekali pasar itu atau makmeugang.

Baca juga: Mengenal Tradisi Dugderan di Semarang, Ritual Jelang Ramadan dengan Maskot Warak Ngendok

Ilustrasi daging untuk dimasak pada hari meugang di Aceh.
Ilustrasi daging untuk dimasak pada hari meugang di Aceh. (Pixabay/BlackWolfi)

Tradisi meugang sangatlah penting bagi seluruh lapisan masyarakat Aceh, sebab sesuai dengan anjuran agama Islam.

Dalam Islam, datangnya bulan Ramadan baiknya disambut dengan meriah, begitu juga dengan dua hari raya lainnya, yakni Idulfitri dan Iduladha.

Meugang dilaksanakan dengan cara memasak daging sapi atau lembu dengan kualitas terbaik untuk dihidangkan.

2 dari 4 halaman

Selain daging sapi, masyarakat juga menambah menu masakannya dengan daging kambing, ayam juga bebek.

Menjelang pelaksanaan meugang, masyarakat Aceh akan berbondong-bondong menuju pusat-pusat penjualan sapi.

Meski ada daging sapi impor yang lebih murah, masyarakat Aceh cenderung memilih daging sapi lokal untuk keperluan meugang.

Akibat kebutuhan daging yang melonjak jelang Ramadan karena tradisi meugang, harga sapi di Aceh biasanya akan naik 2 kali lipat dari harga normal.

Tak hanya di pasar, lapak-lapak baru penjualan daging pun turut menjamur di pinggir jalan maupun di tempat-tempat keramaian lainnya.

Untuk menu masakannya sendiri, setiap daerah di Aceh memiliki masakan khas daerahnya masing-masing saat meugang.

Bahkan, antara satu rumah dengan rumah lainnya pun menu masakannya untuk meugang bisa berbeda.

TONTON JUGA:

Misalnya di daerah perkotaan yang masyarakatnya merupakan pendatang dari berbagai daerah, mereka akan memasak sesuai dengan kebiasaan dari daerahnya masing-masing.

Di perkotaan, jenis masakan tidak lagi menjadi perhatian, ada yang memasak masakan modern seperti stik, semur, sate dan lain-lain.

3 dari 4 halaman

Intinya mereka memuaskan diri dengan menu serba daging pada hari di mana tradisi meugang dilaksanakan.

Selain daging-dagingan, ada pula sejumlah makanan yang sering dihidangkan pada hari meugang.

Di antaranya adalah tape, leumang, serta timphan, makanan khas Aceh.

Awal mula tradisi meugang

Tradisi ini telah dimulai bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Aceh, yaitu sekitar abad ke-14 Masehi.

Mengutip bandaacehkota.go.id, Ali Hasyimi seorang sastrawan, ulama, dan tokoh Aceh menyebutkan bahwa tradisi ini sudah ada sejak masa kerajaan Aceh Darussalam.

Meugang dilaksanakan oleh kerajaan di istana yang dihadiri oleh para sultan, menteri, para pembesar kerajaan serta ulama.

Ilustrasi hari meugang.
Ilustrasi hari meugang. (SERAMBINEWS.COM/RIZWAN)

Pada hari itu, raja memerintahkan kepada balai fakir, yaitu badan yang menangani fakir miskin dan dhuafa untuk membagikan daging, pakaian dan beras kepada fakir miskin dan dhuafa.

Semua biayanya ditanggung oleh bendahara Silatu Rahim, yaitu lembaga yang menangani hubungan negara dan rakyat di kerajaan Aceh Darussalam.

Dalam buku "Perayaan Mameugang dalam Perspektif Hukum Islam" yang ditulis oleh Iskandar pada tahun 20210 menyebutkan bahwa perayaan meugang ini dilaksanakan oleh Sultan Iskandar Muda sebagai wujud rasa syukur raja menyambut datangnya bulan Ramadan.

4 dari 4 halaman

Sehingga dipotonglah lembu atau kerbau, kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada rakyat.
Setelah perang dan masuk penjajah Belanda, tradisi tersebut juga masih dilakukan yang dikoordinir oleh para hulubalang sebagai penguasa wilayah.

Begitulah hingga saat ini tradisi meugang terus dilestarikan dan dilaksanakan oleh berbagai kalangan masyarakat dalam kondisi apapun.

Baca juga: TRAVEL UPDATE: Tradisi Unik Masyarakat Lombok untuk Jaga Kelestarian Gunung Rinjani

Baca juga: Melihat Proses Malamang, Tradisi Membuat Kudapan Ketan Pakai Bambu di Sumatera Barat

Baca juga: 5 Kuliner Khas Aceh yang Banyak Ditemukan saat Ramadan, Bubur Kanji Rumbi Bikin Nagih

Baca juga: Ragam Bumbu Aromatik Khas Banda Aceh, Bikin Sajian Lebih Sedap dan Kaya Rasa

Baca juga: Pantai Tebing Lampuuk, Tempat Terbaik Menikmati Sunset di Aceh Besar

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
AcehBanda Acehmeugang Suku Mante
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved