TRIBUNTRAVEL.COM - Selandia Baru telah mendapat banyak pujian karena tidakan cepat dan ketat dalam mengendalikan penyebaran COVID-19.
Sejak dimulainya pandemi pada tahun lalu, negara itu total melaporkan 2.295 kasus dan 25 kematian, menurut data dari Resource Center Coronavirus Johns Hopkins.
Dilansir TribunTravel laman Travel + Leisure, Kamis (28/1/2021), Selandia Baru diketahui telah menutup perbatasannya sejak pertengahan Maret 2020.
Meski berhasil meratakan kurva penularan COVID-19, negara itu belum akan membuka kembali perbatasannya untuk wisatawan asing.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Arden, dalam konferensi pers pada Selasa (26/1/2021).
Ardern mengatakan bahwa ia tidak akan membuka kembali perbatasan negara sampai warganya "divaksinasi dan dilindungi", lapor The Guardian.
Baca juga: Travel Bubble Australia dan Selandia Baru Ditutup Selama 72 Jam Akibat Kasus Covid-19 Baru
"Selandia Baru hanya akan benar-benar merasa kembali normal ketika ada tingkat normalitas tertentu di belahan dunia lainnya juga," kata Ardern.
"Tetapi mengingat risiko di dunia di sekitar kita dan ketidakpastian peluncuran vaksin secara global, kita dapat memperkirakan perbatasan kita akan terpengaruh hampir sepanjang tahun ini," tambahnya.
Gagasan bahwa negara kepulauan itu akan tetap tutup sepanjang 2021 tentu sangat mengejutkan.
Kendati demikian, Arden memiliki alasan tertentu terkait kebijakan tersebut.

"Agar perjalanan dimulai kembali, kami memerlukan satu dari dua hal. Pertama, kami memerlukan keyakinan bahwa dengan divaksinasi berarti Anda tidak menularkan COVID-19 kepada orang lain. Kedua, kami butuh cukup banyak populasi telah divaksinasi sehingga orang dapat dengan aman masuk kembali ke Selandia Baru," ungkap Arden.
"Kedua kemungkinan akan membutuhkan waktu," katanya.
Selandia Baru sebelumnya telah mengumumkan akan memberikan vaksinasi gratis kepada penduduknya, serta negara-negara tetangga, termasuk Tokelau, Kepulauan Cook, Niue, Samoa, Tonga, dan Tuvalu.
Meski begitu, negara ini masih menunggu persetujuan vaksin pertamanya, sehingga proses peluncurannya akan memakan waktu.
Ardern mengatakan persetujuan regulasi bisa datang paling cepat Rabu depan, tetapi akan butuh waktu untuk pengiriman dosis.
Kesabarannya menunjukkan pandangan empati terhadap komunitas global.
"Kami tahu ada banyak negara yang berada dalam situasi yang jauh lebih mengerikan daripada Selandia Baru. Memang benar bahwa mereka diprioritaskan karena risiko kehilangan nyawa yang lebih tinggi," kata Arden.
Tak seperti negara lain yang menuntut dosis, Ardern mencatat strategi peluncuran mereka akan berbeda.
"Selandia Baru sedikit berbeda dengan negara lain. Banyak negara lain memprioritaskan orang lanjut usia dan mereka yang bekerja di bidang perawatan kesehatan, namun warga yang paling berisiko di Selandia Baru adalah pekerja perbatasan kami," tambahnya.
Sementara pengiriman vaksinasi pertama akan tiba dalam kuartal pertama 2021, populasi umum kemungkinan tidak akan memulai proses sampai pertengahan tahun, lapor The Guardian.
Itulah sebabnya perkiraan untuk membuat perbatasan dibuka kembali masih sangat jauh.
"Saya tahu aturan perbatasan kami sangat ketat, tapi itu untuk menjaga keamanan semua orang. Dan itu akan berlanjut dalam waktu dekat," kata Arden.
Baca juga: Remaja di Selandia Baru Tewas Akibat Serangan Hiu, Jadi Kasus Pertama dalam 8 Tahun Terakhir
Baca juga: Potret Uniknya Bandara Gisborne Selandia Baru, Ada Jalur Kereta Api Melintas di Tengah Landasan Pacu
Baca juga: Uniknya Gerai McDonalds di Selandia Baru, Pelanggan Bisa Makan Big Mac di Dalam Pesawat
Baca juga: Resep Kue Manja, Kue Asal Selandia Baru yang Mudah Dibuat
Baca juga: Lokasi Syuting Film Lord of The Rings di Selandia Baru Dibuka Kembali Setelah Tutup 11 Tahun
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)