TRIBUNTRAVEL.COM - Pemerintah Chili berencana membuat semacam sertifikat untuk orang-orang yang telah pulih dari virus corona (Covid-19).
Dokumen yang disebut 'paspor kekebalan' pertama di dunia itu akan dberikan pada mereka yang telah sembuh dari penyakit.
Dengan memiliki paspor tersebut, penduduk akan dibebaskan dari karantina dan pembatasan lain, seperti dilaporkan Fox News.
Wakil Menteri Kesehatan Chili Paula Daza mengatakan, 'paspor kekebalan' tersebut akan membuat orang-orang yang telah pulih dari Covid-19 diizinkan untuk kembali bekerja.
• Cegah Gelombang Kedua COVID-19, Thailand Perpanjang Keadaan Darurat dan Larang Penerbangan
"Justru paspor itu dapat sangat membantu masyarakat, karena mereka tidak menghadirkan risiko," ujar Menteri Kesehatan Jaime Mañalich pada Washington Post.

Lebih dari 4.600 orang yang telah pulih dari Covid-19 di negara itu akan memenuhi syarat, menurut Paula Daza.
Penduduk Chili juga bisa mengajukan permohonan untuk mendapatkan 'paspor kekebalan' itu.
Melansir dari Fox News, penduduk yang mendaftar akan diuji antibodi untuk menentukan apakah mereka memenuhi syarat.
Menuai kritik
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berseberangan dengan rencana pemerintah Chili.
Menurut WHO, tidak ada jaminan bahwa orang yang terkena virus corona kebal dari infeksi lagi.
"Saat ini tidak ada bukti bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 dan memiliki antibodi dilindungi dari infeksi kedua," kata WHO dalam sebuah catatan, dikutip dari BBC.

Badan kesehatan itu berpendapat, apa yang disebut 'sertifikat kekebalan' itu justru bisa berbahaya, karena mereka dapat membuat orang mengabaikan nasihat kesehatan dan bisa meningkatkan risiko penularan penyakit.
Para kritikus juga mengatakan, rencana untuk mengeluarkan kartu-kartu itu dibuat tanpa berkonsultasi dengan Masyarakat Imunologi Chili.
"Ada keraguan serius tentang keberadaan kekebalan jangka panjang terhadap virus ini," kata Cristóbal Cuadrado, sekretaris teknis untuk kebijakan kesehatan dan studi dengan serikat medis Chili.
"Kami telah meminta pemerintah untuk mengevaluasi kembali kebijakan tersebut dan melibatkan para ahli dalam diskusi sebelum mengimplementasikan skema tersebut," lanjutnya.
LIHAT JUGA:
Chili telah melaporkan 189 kematian dan lebih dari 13.000 kasus virus corona, menurut data dari Johns Hopkins University.
Akibatnya, negara di Amerika Selatan ini telah menerapkan jam malam pada pukul 10 malam.
Selain itu, Chili juga meliburkan sekolah hingga Mei mendatang, setelah Presiden Sebastián Piñera mendeklarasikan keadaan bencana bulan lalu.
• Singapore Airlines Perpanjang Masa Pembatalan Penerbangan sampai Akhir Juni 2020
• Kawanan Duyung Langka Terlihat Berenang Bebas di Perairan Thailand, Videonya Viral di Medsos
• Lindungi WNI Saat Pandemi COVID-19, 225 ABK MSC Magnifica Berhasil Dipulangkan ke Tanah Air
• Refund Tiket Pesawat Berupa Voucher, Ini Harapan Asosiasi Agen Perjalanan
(TribunTravel.com/Sinta Agustina)