TRIBUNTRAVEL.COM - Pandemi virus corona (Covid-19) membuat banyak orang memilih untuk mengurungkan niat untuk bepergian.
Terlebih terbang menggunakan pesawat terbang yang lebih berisiko terpapar Covid-19.
Namun karena satu dan lain hal, sejumlah orang terpaksa naik pesawat di tengah pandemi virus corona.
TribunTravel merangkum tiga kisah penumpang yang harus terbang di tengah pandemi Covid-19.
1. Terbang dari Mesir ke Kanada demi lamar sang kekasih

Eihab Boraie, pria asal Kairo, Mesir rela terbang ke Quebec, Kanada di tengah pandemi virus corona.
Melansir dari CNN, Boraie terpaksa melakukan penerbangan di tengah pandemi virus corona demi bisa melamar sang kekasih.
• Pesawat Akan Lepas Landas, Penumpang Ini Akui Dipaksa Keluar dari Toilet Saat Celana Belum Terpakai
Boraie melakukan penerbangan langsung dari Mesir ke Kanada meski biaya tiket penerbangan melonjak tajam.
Pada 19 Maret 2020, bandara di Mesir melakukan penutupan sementara untuk sejumlah penerbangan.
Boraie mengatakan, ia mendapatkan telepon konfirmasi dari pihak maskapai bahwa dirinya akan ikut dalam penerbangan terakhir ke Kanada.
Mendapat telepon tersebut, Boraie dengan cepat menuju bandara.
"Ketika saya berlari masuk ke bandara, ada sebuah toko perhiasan yang menarik perhatian saya. Sungguh konyol bahwa toko tersebut tetap buka di tengah pandemi virus corona. Mungkinkah ini pertanda bahwa semesta mendukung saya untuk bisa melamar kekasih saya," ungkap Boraie.
Ketika tiba di Quebec, Boraie langsung menghampiri kekasihnya yang telah menunggu di bandara.
Boraie menambahkan, dirinya sangat senang dan lega meskipun perjalanannya ini beresiko.
"Lega akhirnya dia (pacar Boraie) mengatakan iya, karena perjalanan yang harus saya tempuh ini sangat berisiko, ini sangat sepadan," jelasnya.
2. Penumpang ditingkatkan ke kelas bisnis
Empat penumpang pesawat Air New Zealand NZ283 ditingkatkan ke kursi kelas bisnis pada 25 Maret 2020 lalu.
Keempat penumpang kelas ekonomi itu terbang dari Singapura ke Auckland, Selandia Baru.
Menurut News Hub, setidaknya ada 15 awak kabin yang melayani total empat penumpang dalam penerbangan tersebut.
Pilot Air New Zealand Philip Kirk berbagi pengalaman di akun Twitter-nya, dengan memposting foto kru dan penumpang mereka.
Dalam keadaan normal, penerbangan dengan empat pemesanan akan dibatalkan.
Namun, penerbangan ini kemungkinan dijalankan terutama untuk layanan repatriasi dan kargo.
Penerbangan memakan waktu lebih dari sembilan jam, berangkat dari Singapura pada 18.40 waktu setempat dan tiba di Auckland pukul 09.20 hari berikutnya.
3. Terbang sendiri untuk menjenguk ibunya yang sakit

Sheryl Pardo terpaksa terbang di tengah pandemi virus corona untuk menjenguk ibunya yang sedang sakit.
Wanita itu menggunakan maskapai American Airlines dari Washington DC ke Boston, Amerika Serikat.
Saat terbang dengan pesawat American Airlines, ia mendapat pengalaman yang berharga yaitu jadi satu-satunya penumpang di pesawat.
Seperti dikutip dari USA Today, Sheryl menerima layanan dari dua pramugari yaitu Jessica dan Dion.
Dua pramugari tersebut memastikan penerbangan pada 27 Maret itu begitu istimewa.
"Kami memiliki Sheryl sebagai penumpang kami hari ini!" kata Jessica.
"Hidup dengan kelas satu, mama! Semua orang berteriak kepada Sheryl, satu- satunya penumpang di pesawat," tambahnya.
LIHAT JUGA:
Pardo tiba di Boston dan dapat menghabiskan hari itu bersama ibunya, Sandra Wilkins yang berusia 83 tahun, di rumah sakit.
Ibunya meninggal keesokan paginya pada 28 Maret.
Ia kemudian kembali ke Washington DC dan lagi-lagi menjadi satu-satunya penumpang di pesawat.
• Pramugari Ungkap Hal Sederhana yang Bikin Penumpang Dapat Pelayanan Terbaik di Pesawat
• 4 Kisah Heroik Pramugari Selamatkan Penumpang, Beri ASI hingga Bantu Melahirkan
• Jadi Satu-satunya Penumpang di Pesawat, Wanita Ini Dapat Layanan Kelas Satu
• Apa Rasanya Jadi Seorang Pramugari di Tengah Pandemi Virus Corona?
• Kata Mantan Pramugara, Layani Penumpang Kelas Bisnis Lebih Sulit dari Penumpang Kelas Ekonomi
(TribunTravel.com/Sinta Agustina)