TRIBUNTRAVEL.COM - Jika umumnya penduduk sebuah desa terdiri dari manusia yang hidup berdampingan.
Berbeda dengan sebuah desa yang berada di Jepang ini.
Desa Nagoro yang berada di Jepang justru memiliki penduduk yang semuanya adalah boneka.

Desa Nagoro adalah salah satu wilayah terpencil yang dikenal sebagi dasa terseram di Jepang yang dihuni oleh ratusan boneka.
Ini dikarenakan boneka tersebut dibuat seolah-olah 'hidup' dan menghuni wilayah tersebut.
• 5 Kuliner Khas Padang yang Cocok Disajikan saat Lebaran
• Mudik ke Jawa Tengah, Ini 5 Oleh-oleh Khas Boyolali yang Wajib Dibeli
Tonton juga:
Dilansir TribunTravel dari Unsual Place, Desa Nagoro berada di Pulau Shikoku dan berjarak sekitar 550 kilometer dari barat daya Tokyo Jepang.
Jika traveler berkunjung ke Desa Nagoro yang ada di Jepang ini jangan kaget, pasalnya di sini traveler akan lebih banyak melihat penduduk berupa boneka dibandingkan manusia.

Ini dikarenakan penduduk Desa Nagoro memang lebih banyak berupa boneka yang mencapai 270 buah.
Sedangkan penduduk manusia hanya terdiri dari 27 orang.
Menurut informasi yang ada, sebelum era reformasi, Desa Nagoro adalah salah satu wilayah tambang dan industri yang ramai penduduk.
Terletak di tengah-tengah lembah barisan pegunungan di Pulau Shikoku yang dilintasi oleh aliran sungai berarus deras membuat Desa Nagoro sempat menjadi primadona wisata dan industri di masanya.
Namun, seiring bertambah majunya teknologi dan perekonomian rakyat Jepang, Desa Nagoro lambat laun mulai kehilangan kilaunya.
Satu per satu tambang dan pabrik industri yang sempat menjadi jantung utama Desa Nagoro mulai gulung tikar karena terkendala masalah finansial.
Para penduduk pun secara perlahan mulai meninggalkan Desa Nagoro demi masa depan yang lebih baik.
Pernah ditempati lebih dari 500 penduduk, kini Desa Nagoro hanya ditempati oleh 27 orang penduduk saja.
Salah seorang penduduk asli Desa Nagoro, Ayano Tsukimi memutuskan untuk menghabiskan masa hidupnya di Desa Nagoro.
Karena menemukan kampung masa kecilnya yang tidak seramai dulu dan kematian Ayahnya, Ayano bertekad mengusir rasa sepu dengan membuat bonek kain mirip Sang ayah.
Berawal dari itulah, Ayano akhirnya perlahan mulai membuat boneka lainnya yang mirip dengan tetangganya.
Alasan Ayano melakukan hal ini adalah untuk mengusir rasa sepi.
Boneka-boneka ini dibuat seukuran aslinya dengan tongkat kayu, koran untuk mengisi tubuh, kain elastis untuk kulit dan wol rajut untuk rambut.

Setelah jadi boneka-boneka ini disusun Ayano di seluruh pelosok Lembah Nagaro dalam berbagai aktivitas yang membuat mereka tampak hidup.
Mulai dari orang-orang sawah berbentuk boneka, toko yang dijaga boneka hingga boneka yang duduk di tepi sungai seperti orang sedang memancing.
• Mudik Lebaran ke Padang, 5 Oleh-oleh Ini Tak Boleh Terlewatkan
• Liburan ke Pantai di Jogja? Hati-hati Serangan Ubur-ubur
• Makan Berlemak saat Lebaran? 4 Olahraga Ringan Ini Ampuh Turunkan Kolesterol
• Air Terjun Kroya, Destinasi untuk Para Pecinta Petualangan di Bali
• Kekhawatiran Paling Konyol dari Penumpang Kapal Pesiar Saat Berlayar
• Oknum Polisi di Uruguay Berikan Tilang untuk Pengemudi Wanita yang Terlalu Cantik
• Info Libur Lebaran ke Taman Margasatwa Ragunan hingga Akses Masuk
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)