TRIBUNTRAVEL.COM - Ada satu tradisi unik saat bulan Ramadan yang masih bertahan di Mesir hingga saat ini.
Tradisi itu adalah membangunkan sahur yang dilakukan oleh seorang mesaharati.
Sebagai mesaharati, seseorang diharuskan untuk membangunkan umat Muslim untuk bersantap sahur saat Ramadan.
Meski telah ada teknologi alarm, namun pekerjaan sebagai mesaharati masih bertahan hingga saat ini.
Diwartakan Arab News, pekerjaan ini telah ada selama beberapa generasi dan merupakan tradisi terhormat.
LIHAT JUGA VIDEO BERIKUT:
Asal-usul mesaharati di Mesir
Sejarawan Abdelmajid Abdul Aziz mengatakan, mesaharati pertama kali muncul di Mesir saat dinasti Fatimiyah, yang bisa dibilang periode paling indah untuk perayaan Ramadan.
Abdul Aziz mengatakan, Gubernur Mesir Ibn Ishaq adalah orang pertama yang secara individual melakukan tugas secara profesional pada 832 H (1432 M).
Ia akan berjalan dari kota Fustat ke masjid di Amr ibn Al-Aas, dan berseru, "Hai para penyembah Allah, makanlah. Sahur adalah berkah."
Sementara menurut sejarawan Mesir Mohammed bin Iyas, profesi dimulai pada zaman Khalifah Bi'amr Allah, yang memerintahkan warga untuk tidur segera setelah salat Tarawih.
Khalifah Bi'amr Allah kemudian akan mengirim tentaranya pada dini hari, mengetuk pintu dan berteriak sebelum salat subuh, untuk membangunkan orang untuk sahur.
Tradisi itu terus berlanjut hingga zaman modern, yang berlangsung hampir 600 tahun.
Namun saat ini, mesaharati agaknya akan menghadapi kepunahan mengingat sedikit orang yang tertarik untuk pekerjaan itu.

Selain itu, kecanggihan teknologi telah menggantikan mesaharati.
Am Magdy, seorang mesaharati berusia 59 tahun mengatakan kepada Arab News, pekerjaannya akan dimulai pada akhir bulan Syaban dan berakhir hingga setelah Idul Fitri.
Ia telah melakukan pekerjaan ini selama lebih dari 40 tahun untuk menggantikan ayahnya yang juga seorang mesaharati.
Uniknya, Magdy mengetahui seluruh nama tetangganya, sehingga ia bisa memanggil nama mereka saat sahur.

Mengutip dari Arab News, terkadang ia ditemani sejumlah anak-anak yang akan mengikutinya saat berjalan mengelilingi permukiman.
Magdy juga memilih kalimat yang mudah diingat dan selalu sama selama bertahun-tahun: "Bangunlah orang tidur, hanya ada satu Tuhan, ini waktunya untuk sahur."
Untuk membangunkan orang sahur, Magdy akan memukul drum yang disebut dengan baza.
Dengan bantuan baza, Magdy dapat dengan mudah membangunkan sahur dengan bantuan suara drum yang riuh.

Setelah salat Idul Fitri, ia akan melewati area yang ia jalani untuk terakhir kali dan mengumpulkan uang sebagai imbalan atas usahanya selama bulan Ramadan.
Namun sayangnya, Magdy tidak yakin anak-anaknya akan mengikuti jejaknya sebagai seorang mesaharati.
"Anak-anak saya tidak tertarik dengan profesi ini. Saya biasa membawa mereka ketika saya masih muda, dan mereka akan sangat senang melihat teman-teman mereka menanggapi panggilan kami," ujar Magdy.

"Tetapi seiring waktu mereka kehilangan kesenangan ini dan menjadi sibuk dengan pekerjaan mereka, dan beberapa bahkan menyarankan saya untuk berhenti," tutupnya.
• Apakah Astronot yang Berada di Luar Angkasa Tetap Berpuasa?
• Daftar Negara di Dunia dengan Durasi Puasa Lebih Singkat daripada Indonesia
• Cerita Muslim di Negara-negara Skandinavia yang Berpuasa hingga Lebih dari 17 Jam
(TribunTravel.com/Sinta Agustina)