Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Masjid Agung Palembang Sumatera Selatan: Dibangun 1748 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, Masih Megah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Agung Palembang atau dikenal juga dengan sebutan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo.

Antara 1966–1969, pembangunan lantai dua dilakukan, sehingga daya tampung masjid meningkat signifikan.

Renovasi besar kembali dilakukan pada akhir abad ke-20. 

Pada 22 Januari 1970, pembangunan menara baru setinggi 45 meter dimulai dengan dukungan Pertamina, berdampingan dengan menara asli yang bergaya Tionghoa. 

Kemudian pada 1999 dilakukan restorasi besar yang merombak beberapa bagian masjid, seperti serambi, kuba, hingga ornamen atap.

Puncaknya, renovasi ini diresmikan langsung oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 16 Juni 2003. 

Satu bulan kemudian, Kementerian Agama RI menetapkan Masjid Agung Palembang sebagai masjid nasional sekaligus warisan budaya.

Arsitektur Unik Perpaduan Tiga Budaya

Keunikan Masjid Agung Palembang terletak pada arsitekturnya. 

Bangunan aslinya berbentuk bujur sangkar dengan atap limas bersusun khas Palembang. 

Pada bagian menara, terlihat jelas pengaruh arsitektur Tionghoa dengan bentuk segi enam, atap melengkung, dan ornamen menyerupai kelenteng.

Selain itu, pengaruh Eropa juga hadir pada beberapa bagian renovasi, terutama ketika Hindia Belanda melakukan perbaikan. 

Hasilnya, masjid ini menjadi perpaduan indah antara budaya lokal Palembang, Tionghoa, dan Eropa. 

Atap limas yang berundak dengan hiasan mustaka di puncaknya menjadi ciri khas yang mudah dikenali. 

Mustaka berbentuk melengkung ke atas di setiap ujungnya, menandakan kekuatan spiritual dan filosofis yang dalam.

Baca juga: Wisata Kuliner Palembang Bareng Pasangan, Cek Itinerary 3 Hari 2 Malam Bujet Rp 690 Ribuan

Kapasitas dan Fungsi Hingga Kini

Halaman
123