Begitu kabin mencapai puncak, Yeni merasa seperti melayang di atas langit.
Namun panorama indah itu tak selalu sempurna.
Saat Tribunpekanbaru.com ikut naik bersama rombongan wisatawan, kabut putih tipis tampak membatasi pandangan. Itu bukan awan, melainkan asap sisa kebakaran hutan yang masih melanda Riau.
Baca juga: Semarak Gelaran Hari Batik Nasional 2025 di Kampung Batik Kauman, Pasar Kliwon Solo Jawa Tengah
Lawan Fobia di Puncak Menara
Sensasi berbeda dialami Gusti Nirwanda, 28 tahun, pelancong asal Binjai, Sumatera Utara.
Meski mengaku fobia ketinggian, ia tetap nekat mencoba.
Begitu pintu kabin tertutup dan lift mulai bergerak, wajah Gusti menegang.
Tangan kirinya mencengkeram dinding, sementara keringat dingin mengalir dari telapak kakinya.
“Astaga, saya fobia ketinggian, Bang,” bisiknya pada sahabat di sampingnya.
Tapi rasa takut itu segera terbayar ketika pintu kabin terbuka di puncak menara.
“Ini luar biasa. Gak sia-sia naik ke sini,” serunya sambil tersenyum lega.
Meski menolak menatap kaca kabin lift, Gusti tetap bertahan hingga sampai ke puncak menara. Lebih dari 15 menit ia menikmati pemandangan di puncak menara itu.
Baca juga: Itinerary Kabupaten Semarang 2 Hari 1 Malam Bujet Rp 4,5 Juta : Museum Kereta & Wisata Keluarga
Magnet Baru Wisata Siak
Bagi Pemerintah Kabupaten Siak, lift ini bukan hanya atraksi, tapi juga simbol kebanggaan. Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Siak, Yance Pasyah, menyebutnya sebagai “magnet wisata baru” di Kota Istana.
Harga tiket Rp30 ribu untuk dewasa dan Rp20 ribu untuk anak-anak, dengan batasan usia minimal 10 tahun.