7. Tradisi Lempar Koin dengan Makna Mendalam
Siapa yang tidak tahu tradisi melempar koin di Air Mancur Trevi?
Katanya, satu koin menjamin kamu akan kembali ke Roma, dua koin membawa kisah cinta romantis, dan tiga koin dipercaya berujung pada pernikahan ala Italia.
Tradisi ini makin populer setelah film Three Coins in the Fountain.
Uniknya, semua koin yang terkumpul tidak dibiarkan begitu saja.
Sejak 2006, organisasi amal Katolik Caritas mengelola hasil lemparan—sekitar €3.000 (Rp 56,8 juta) per hari.
Uang itu digunakan untuk memberi makan orang miskin dan mendanai program sosial di seluruh dunia.
8. Mengalami Restorasi Besar-Besaran
Air Mancur Trevi yang berdiri megah ternyata pernah mengalami masa kritis.
Pada 2012, beberapa bagian strukturnya mulai runtuh setelah musim dingin yang ekstrem.
Pemerintah Roma pun melakukan renovasi besar pada 2014 dengan biaya €2,2 juta (Rp 41,7 miliar).
Selama 17 bulan, air mancur dikeringkan dan ditutup perancah, tapi tradisi lempar koin tetap berjalan berkat baskom sementara yang dipasang di dasar.
Renovasi selesai pada 2015, membuat Trevi kembali memancarkan air jernih dan tetap jadi kebanggaan warga Roma.
9. Debit Airnya Mengejutkan
Bayangkan, setiap harinya Air Mancur Trevi memompa lebih dari 2,8 juta kaki kubik air.
Menurut perkiraan, jumlah ini setara dengan penggunaan air satu orang Amerika selama hampir 700 tahun!
Tenang, airnya tidak terbuang sia-sia karena semuanya didaur ulang.
Fakta ini menunjukkan betapa luar biasanya skala Air Mancur Trevi, bukan hanya cantik secara visual tapi juga luar biasa secara teknis.
10. Jangan Coba-Coba Berenang di Trevi
Melihat air jernih dan sejuk di tengah panasnya Roma, mungkin kamu tergoda untuk berendam sebentar.
Tapi hati-hati, karena berenang di Air Mancur Trevi dilarang keras.
Aturannya tegas, pelanggar bisa kena denda €450 (Rp 8,5 juta).
Beberapa turis nekat pernah mencobanya, tapi langsung ditangkap polisi setempat.
Meski ada yang bilang pengalaman itu “sepadan”, lebih baik kamu menahan diri.
Bagaimanapun juga, Trevi adalah warisan sejarah yang harus dijaga, bukan kolam renang publik.
TribunTravel/nurulintaniar
Baca tanpa iklan