Ada tas-tas dengan bordir bertuliskan “Surakarta” dalam aksara Jawa, ada pula produk yang mengambil inspirasi dari weton Jawa seperti Pahing, Kliwon, Pon, Wage, dan Legi.
Pendekatan ini bukan hanya memperkuat nilai tradisi, tapi juga menghadirkan keunikan yang tak mudah ditiru.
Komitmen Aiu tidak berhenti pada pelestarian budaya.
Baca juga: Itinerary Klaten 1 Hari dari Solo, Jelajahi 3 Wisata Seru & Kuliner Lokal Cuma Rp 130 Ribu
Dalam proses produksinya, “Jawa Banget” juga menerapkan prinsip zero waste.
Bahan sisa dari produksi fashion utama dimanfaatkan untuk membuat berbagai produk kerajinan seperti tas, pouch, dan dompet.
“Kami pakai pewarna alam juga. Jadi semua prosesnya lebih ramah lingkungan. Memang ada tahapan khusus seperti memogen dulu kainnya, baru dibatik, lalu pewarnaan, lorot, dan seterusnya,” ujar Kharisma Aiu menjelaskan proses kreatifnya.
Ia juga menyebutkan bahwa limbah pewarna alam lebih aman bagi lingkungan dibanding pewarna sintetis, meskipun tetap perlu diproses dengan benar agar tidak mencemari tanah.
Untuk material craft, ia banyak menggunakan kanvas dan kordura agar produk tetap kuat namun tetap nyaman digunakan.
Meski menggunakan bahan sisa, kualitas tetap dijaga.
"Kalau ada jahitan yang kurang bagus, ya diulang lagi. Semua tetap saya cek sendiri,” tegasnya.
Di tengah keberhasilannya menghadirkan produk dengan kualitas budaya tinggi, Kharisma Aiu mengakui bahwa tantangan terbesarnya saat ini adalah pemasaran online.
“Saya masih banyak jualan secara offline. Setiap Sabtu dan Minggu, kami display di beberapa lobi hotel, ikut pameran seperti di Solo Art Market, atau konsinyasi di mall," ujar Kharisma Aiu.
Baca juga: Rekomendasi Tiket Pesawat Murah Jakarta-Solo, Naik Citilink Mulai Rp 600 Ribuan
"Tapi untuk online memang masih terbatas karena saya masih pegang sendiri semuanya,” lanjutnya.
Keterbatasan waktu dan sumber daya membuat pemasaran digital belum bisa dimaksimalkan, meski sebenarnya pasar potensial cukup luas.
Selama ini, target pasar utama produk “Jawa Banget” adalah perempuan usia 25 tahun ke atas, yang sudah bekerja atau mandiri secara finansial.