Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Menyusuri Ruang Tahanan Bawah Tanah Kota Tua, Jejak Dua Pahlawan Ditawan Belanda

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kota Tua Jakarta, satu tempat wisata hits di Jakarta Barat

TRIBUNTRAVEL.COM - Kota Tua Jakarta tak hanya dikenal dengan bangunan bergaya kolonial dan museum ikoniknya, tapi juga menyimpan jejak sejarah kelam yang jarang diketahui wisatawan.

Salah satu spot bersejarah yang bisa kamu eksplor saat berkunjung ke sini adalah ruang tahanan bawah tanah peninggalan Belanda.

Tempat ini dulunya digunakan sebagai penjara untuk para pejuang kemerdekaan, termasuk dua pahlawan nasional yang ikut merasakan sempit dan gelapnya sel penjara tersebut.

Baca juga: Penjara Bawah Tanah Museum Sejarah Jakarta: Saksi Kelam Penjajahan Belanda di Kota Tua

Dengan udara lembap dan lorong sempit yang minim cahaya, ruang tahanan ini menawarkan pengalaman wisata sejarah yang kuat dan menggetarkan.

Keberadaan penjara bawah tanah di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dari tangan kolonial Belanda. (Warta Kota/Nuri Yatul)

Kamu bisa melihat langsung bagaimana para tahanan hidup dalam tekanan penjajahan Belanda.

Tak hanya sekadar melihat, pengunjung juga bisa belajar lebih dalam tentang kisah perjuangan bangsa lewat tur edukatif yang disediakan.

Baca juga: Intip Penjara Bawah Tanah Kota Tua Jakarta, Tahanan Dulu Hanya Bertahan 3-7 Hari

Spot ini cocok bagi kamu yang ingin menjelajah sisi lain Kota Tua yang penuh cerita dan makna.

Tahanan yang masuk ke dalam penjara bawah tanah ini seluruhnya di eksekusi mati, kecuali tahanan nasional.

Pramesti Ayutika, pemandu wisata Museum Sejarah Jakarta, dua tahanan yang pernah merasakan kedapnya penjara Belanda adalah Cut Nyak Dhien dan Pangeran Diponegoro.

Namun, hanya Cut Nyak Dhien yang ditempatkan di penjara bawah tanah wanita, sementara Pangeran Diponegoro mendapatkan kamar khusus yang berada tepat di atas penjara Cut Nyak Dhien.

Baca juga: 5 Museum Terbaik di Kota Tua Jakarta yang Wajib Kamu Kunjungi dengan Harga Tiket Terbaru 2025

Museum Fatahillah, satu museum terbaik di Kota Tua Jakarta. (Rhmtdns, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)

"Cuma Diponegoro yang enggak ditahan di penjara umum ini, dia ada kamar khusus, tepatnya ada di atas penjara wanita," kata Pramesti, Minggu (1/6/2025).

Menurutnya, penahanan Pahlawan Nasional itu dilakukan sebelum diasingkan.

Cut Nyak Dhien diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat, pada 1906, sementara Pangeran Diponegoro diasingkan ke Makassar pada 1833. 

Pramesti berujar, penjara bawah tanah ini pembangunannya dimulai sekitar tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen, dan diresmikan Gubernur Jendral Abraham Van Riebeeck pada tahun 1710. 

Baca juga: 4 Hotel Murah Dekat Kota Tua Jakarta, Tarif Mulai Rp 160 Ribuan per Malam

"Penjara ini kosong tahun 1846, namun eksekusi tahanan terakhir di 1896," jelas Pramesti.

Halaman
1234