Dimana campuran bahan bangunan dalam membangun masjid dari putih telur.
Putih telur digunakan sebagai bahan perekat yang dicampur dengan pasir atau tanah liat serta kapur.
Konon ceritanya, saat akan dibangun masjid tersebut, Raja Abdurrahman berseru kepada rakyatnya untuk beramal dan bergotong-royong.
Panggilan yang telah menggerakkan hati rakyatnya itu pun datang dengan dari seluruh pelosok teluk, ceruk dan Pulau di kawasan Riau Lingga.
Mulai dari bahan bangunan, tenaga hingga makanan pun berdatangan.
Bahan makanan itu termasuk telur dengan jumlah banyak.
Bahan makanan yang setiap hari diolah menjadi makanan itu tentunya diperuntukan bagi seluruh orang yang bekerja membangun masjid.
Baca juga: Harga Tiket Masuk New Wisata Wendit Malang, Banyak Wahana yang Bisa Dicoba
Bukan hanya laki-laki saja, kaum perempuan yang dimotori Raja Hamidah pun turut serta membantu.
Merasa bosan dengan bahan makanan telur, saat itu orang-orang hanya memakan kuningnya saja.
Hingga putih telur dimanfaatkan arsitek sebagai perekat bahan bangunan.
Dari pintu utama masjid, pengunjung dapat melihat mushaf Al-Quran tulisan tangan yang diletakan dalam peti kaca.
Mushaf ini ditulis Abdurrahman Stambul, putra Riau asli Penyengat yang diutus oleh Sultan untuk belajar di Turki pada 1867 M.
Lalu, pada sebuah mimbar terbuat dari kayu jati yang didatangkan khusus dari Jepara.
Selain itu, masjid memiliki tujuh pintu dan enam jendela ini juga dilengkapi dengan beberapa bangunan penunjang seperti, tempat wudhu terpisah untuk laki-laki dan perempuan, termasuk toiletnya.
Untuk Pulau Penyengat ini, merupakan mas kawin pernikahan antara Raja Hamidah dengan Sultan Mahmud.