Para pengunjung akan diajari mulai cara menanam, merawat, budidaya, hingga dikenalkan dengan berbagai jenis mangrove yang ada.
"Kemarin-kemarin ada mahasiswa UI dan Unpad yang belajar tentang mangrove di sini," ucap dia.
Disini telah tersedia pemandu yang ditunjuk pihak pengelola sebagai pelatih untuk memberi pengetahuan seputar mangrove kepada para pengunjung.
Telah disediakan pula bibit mangrove, yang siap untuk ditanam sebagai media pembelajaran para pengunjung, sembari sambil dijelaskan mengenai media tanam tersebut.
"Didampingi saat menanam sambil dijelaskan jenis-jenis mangrove oleh pelatih," katanya Yoyo.
Baca juga: Serunya Piknik dan Camping Bareng Alpaka di Tangkal Pinus Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat
"Pelatih ada, khusus bagian penanaman, dan setiap pelatih wajib menghafal jenis dan cara menanam pohon," tambahnya.
Setiap satu bibit pohon mangrove, akan dikenakan tarif Rp 5.000 per pengunjung.
Jangan salah, uang tersebut bukan serta merta digunakan untuk kepentingan para pengelolah, melankan untuk perbaikan dan pemeliharaan jembatan mangrove.
"Jembatannya kan dari kayu, suka lapuk. Uang dari penjualan bibit dipakai untuk perbaikan jembatan," katanya Yoyo.
Yoyo melanjutkan, para pengunjung diberikan kebebasan untuk menanam bibit mangrove di titik mana saja di hutan mangrove ini.
Pengelola hutan mangrove lainnya, Nana juga menambahkan, tantangan terberat dan terbesar dalam membudidayakan mangrove ialah sampah.
Sampah tersebut merupakan kiriman dari berbagai sungai.
"Bibit bisa patah terkena sampah yang terbawa arus. Pertumbuhan mangrove sangat lambat, tiga tahun saja hanya bisa setinggi satu meteran," ujarnya.
Nana menambahkan, mangrove sangat penting untuk mencegah erosi dan abrasi, disamping itu juga, hutan mangrove merupakan tempat hidup dan sumber makanan satwa yang ada di hutan tersebut.
"Sangat penting," kata dia.