Jadi buat traveler yang merencanakan liburan ke Jepang, jangan lupa buat selalu menjaga kesopanan dan kebersihan.
Buang sampah di tempatnya dan patuhi peraturan yang ada di sana.
Lainnya - Sebagai langkah berani untuk melindungi geisha ikonis Kyoto Jepang dari pelecehan yang tiada henti oleh wisatawan, dewan lokal di Gion telah memutuskan untuk melarang wisatawan memasuki jalan-jalan sempit di distrik tersebut.
Keputusan ini diambil setelah meningkatnya insiden mengerikan di mana geisha disapa dan tidak dihormati oleh pengunjung yang tidak patuh.
Langkah ini menandai upaya terbaru untuk melindungi komunitas geisha yang dihormati dari tingkah laku wisatawan yang invasif, setelah perjuangan selama satu dekade melawan meningkatnya jumlah pengunjung dan perilaku mengganggu.
Banyak laporan tentang geisha yang dihalangi, dilecehkan, dan bahkan diserang secara fisik oleh wisatawan yang membawa kamera yang ingin melihat sekilas budaya tradisional Jepang.
Meskipun ada upaya sebelumnya untuk mencegah perilaku tersebut, termasuk tanda multibahasa dan denda kecil, penegakan hukum terbukti sia-sia.
Kini, dengan bangkitnya pariwisata pascapandemi, kekhawatiran meningkat terhadap potensi munculnya kembali gangguan di jalan-jalan Gion yang tenang.
Khususnya, larangan tersebut akan mengecualikan jalan raya utama, Hanamikoji, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kepadatan yang berlebihan di tempat wisata yang sudah populer ini.
Para ahli seperti Peter Macintosh, seorang pengamat budaya geisha yang berpengalaman, memperingatkan ancaman yang ditimbulkan oleh pengunjung yang tidak sopan, yang tindakannya berkisar dari gangguan kecil hingga agresi langsung.
Dilansir dari thethaiger, insiden turis yang melemparkan abu rokok ke geisha, mencuri perhiasan mereka, atau bahkan melakukan tindakan putus asa yang aneh, seperti melemparkan uang tunai dan kunci kamar, telah menggarisbawahi perlunya intervensi yang mendesak.
Terlebih lagi, bukan hanya geisha yang menderita; lentera dirusak, properti pribadi dilanggar, dan suasana tenang Gion dirusak oleh tingkah laku pengunjung yang tidak sopan.
Seruan untuk penegakan hukum yang lebih ketat, termasuk pembentukan unit polisi wisata khusus , bergema di jalan-jalan Kyoto.
Namun, meskipun ada permohonan ini, pejabat kota masih ragu untuk mengambil tindakan tegas, dan lebih mengandalkan kampanye kesadaran dan intervensi polisi secara sporadis, lapor South China Morning Post.
Saat Gion bersiap menghadapi larangan kontroversial ini, masih ada pertanyaan mengenai efektivitas jangka panjangnya dalam membatasi perilaku menyimpang wisatawan.
Dengan meningkatnya ketegangan dan keseimbangan antara tradisi dan pariwisata yang tidak seimbang, satu hal yang jelas: geisha Kyoto pantas dihormati, bukan dieksploitasi.
Ambar/TribunTravel
Baca tanpa iklan