Ia berharap ke depannya wilayah Observatorium Nasional Timau bisa menjadi objek wisata astronomi dan membantu perekonomian daerah setempat.
Selain untuk kepentingan ilmiah, kehadiran Observatorium Nasional Timau dapat dimanfaatkan untuk memantau benda-benda langit buatan manusia seperti satelit atau meneliti objek-objek angkasa yang sekiranya bisa membahayakan keamanan wilayah Indonesia.
"Mata Langit" Baru Indonesia
Proyek Observatorium Nasional yang dibangun di kaki Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur akan selesai dibangun tahun 2023. (BRIN)
Pusat pengamatan antariksa dibangun di Kupang, NTT. Lokasi itu dikenal memiliki waktu langit paling cerah terbanyak dalam setahun dibanding tempat lain.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Drini Park, Tempat Wisata di Gunungkidul yang Bertabur Spot Instagramable
Bangunan bulat hijau dengan atap seperti kubah warna perak tampak begitu menonjol di tengah perbukitan asri kawasan Gunung Timau, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Ia menjadi satu-satunya bangunan kokoh di ketinggian bukit yang banyak ditumbuhi pohon pinus dan semak yang merupakan sebuah kawasan hutan lindung tersebut.
Sepintas, bentuk bangunan itu mirip seperti Observatorium Bosscha di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Rupanya dugaan itu benar adanya, karena bangunan di lereng gunung purba Timau itu memang merupakan pusat pengamatan atau observasi antariksa modern pertama yang dibangun di bagian timur Indonesia.
Nama lengkapnya adalah Observatorium Nasional (Obnas) Timau, berlokasi di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut.
Lokasi Observatorium Nasional Timau sungguh sunyi, tak ada bangunan lain kecuali fasilitas observasi tersebut.
Sebuah ruas jalan beraspal mulus sepanjang 40 kilometer dari Bokong ke Lelogama yang telah dibangun Pemerintah Provinsi NTT menjadi penghubung satu-satunya antara Observatorium Nasional Timau dengan dunia luar.
Jika malam tiba, hanya suara serangga malam saling bersahutan yang terdengar mirip seperti musik orkestra, sungguh syahdu.
Baca juga: Taman Rekreasi Sengkaling, Tempat Wisata Ramah Keluarga di Dau, Malang, Jawa Timur
Saat malam pun, miliaran bintang berserakan di langit Timau dapat dinikmati sepuas hati oleh mata telanjang.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN) Robertus Heru di akun Instagram lembaga tersebut menjelaskan, selama lima tahun dilakukan sebuah studi untuk meneliti fraksi malam terhadap langit di beberapa daerah di Indonesia.