"Ketemunya dari instagram. Dia tanya-tanya kalau turun di bandara Jogjakarta transportasinya bagaimana, tidak lama kemudian sampai sini, ada dua orang," jelasnya.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Tropikana Waterpark Cirebon September 2024, Wisata Hits Penuh Spot Instagramable
Bagi warga Kepuhsari, bukan hal baru produk wayang bikinan mereka sampai ke tangan bule. Kampung Wayang Kepuhsari sendiri menurutnya menawarkan workshop wayang dan banyak peserta workshop itu dari luar negeri.
"Banyak wisatanwan yang datang kesini, lokal maupun mancanegara. Kita pernah ketempatan 42 negara untuk konferensi mahasiswa internasional. Selain itu yang sifatnya rombongan atau satu keluarga juga sering. Disini kita tidak hanya jualan wayang tapi jualan workshopnya, mereka ikut proses bikin wayang itu dari awal sampai akhir. Jadi nginep disini, belajar penuh tentang wayang," paparnya.
Membuat wayang sudah menjadi matapencaharian warga setempat.
Namun hal itu berubah ketika dihantam pandemi Covid-19, kondisi menurutnya berubah 180 derajat.
Kampungnya yang awalnya ramai wisatawan, mendadak menjadi sepi. Perajin yang mulanya banyak menerima pesanan wayang, mendadak tak menerima pesanan.
"Banyak yang banting stir ke pekerjaan lain, karena dalang berhenti tidak ada yang nanggap, wayang itu hubungannya dengan wayang show, kalau mengandalkan wayang yang untuk dalang saja lapar," kata dia.
Kondisi itu tak membuatnya menyerah, Retno mencoba untuk memasarkan produknya lewat media sosial yang sebelumnya tak pernah ia lakukan. Ia awalnya hanya mengandalkan pesanan secara langsung atau tatap muka.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Bali Farm House, Tempat Wisata yang Punya Alpaca di Sukasada, Buleleng, Bali
"Disini kan pusatnya untuk interaksi dengan wisatawan baik lokal maupun mancanegara, tiap hari datang. Bisa beli disini, menikmati hasil karya. Setelah ada covid kan ditutup, dua tahun tidak ada interaksi dengan tamu. Hancur-hancurnya," kata Retno.
Retno kemudian berusaha susah payah mendapatkan kepercayaan pelanggan melalui media sosial.
Lewat medsos, ia mencoba meyakinkan pembeli jadi pelanggan, yang suka wayang makin suka, yang tidak suka jadi suka dan yang belum suka menjadi penasaran.
Ia mengaku, titik baliknya yakni saat ditantang Gubernur Jateng saat itu, Ganjar Pranowo yang kebetulan menghadiri agenda di kampungnya, untuk membuat wayang dengan figur tokoh di sekitar, seperti Bupati maupun Gubernur.
Tantangan itu ia sanggupi yang kemudian menjadi viral di medsos usai diunggah oleh Ganjar.
Dari situ, pesanan wayang karakter lambat laun ia terima dengan berbagai permintaan.
"Saya berusaha inovasi dan kreasi dari produk wayang yang bisa dinikmati setiap kalangan, yang biasanya hanya dalang untuk wayang show, tapi ternyata wayang bisa dinikmati untuk suvenir, hiasan, pajangan, koleksi dan masih banyak lagi. Bahkan juga semua kalangan bisa menikmati, anak-anak sampai dewasa," katanya.