"Pemilihan kawasan Menteng ini karena pada saat itu dirasa cocok, karena tempatnya cukup bagus, walaupun hutan, tapi hutannya yang cukup asri, terus juga di depan gedung ini ada jalur tren juga, jadi jalur yang cukup bagus," jelas Muslim.
Adapun pemerintah Hindia Belanda secara resmi membeli tanah tersebut pada 1930 dari tangan salah satu orang Arab.
Kemudian, lanjut Muslim, di tahun yang sama itu, seorang pengusaha Belanda bernama L.C Schomper, melihat potensi yang cukup baik di wilayah Menteng tersebut.
Baca juga: Panduan Rute Menuju Gembira Loka Jogja Buat Turis Jakarta, Lengkap Harga Tiket Masuk & Jam Buka
Pasalnya, ada banyak pejabat dan pengusaha Belanda yang hilir mudik datang ke tempat tersebut.
Atas pertimbangan itulah, gedung yang dibeli pemerintah Hindia Belanda itu lantas disewakan dan dijadikan sebuah hotel.
"Nama hotelnya diambil dari nama pemiliknya yang membangun, namanya L.C Schomper.
Makanya hotel itu dulu dinamakan Hotel Schomper 1, karena dia membuat dua hotel.
Hotel Schomper 2 di daerah Kwitang," kata Muslim.
Menurutnya, hotel tersebut mulanya diperuntukkan kepada masyarakat umum.
Artinya, siapapun boleh datang dan menginap di tempat tersebut.
Namun, karena harga sewanya cukup tinggi, sehingga yang sanggup menginap hanyalah pekabat-pejabat atau pedagang besar saja.
"Akhirnya lambat laun hotel ini menjadi hotel khusus para pejabat-pejabat, baik itu dari Eropa atau pribumi yang singgah di kota Batavia," jelas dia.
Muslim berujar, total ruangan yang ada dalam hotel tersebut ada delapan buah.
Terdiri atas ruang tamu, ruang makan, dan enam kamar tidur.
"Hotel ini tidak terlalu luas, tapi menjadi hotel terbaik (di pinggiran Selatan Batavia) karena fasilitas dan interiornya tinggi, dan juga kawasannya mendukung, karena kawasan elit pada saat itu," ungkap Muslim.