Booming-nya pariwisata Belitung lewat film Laskar Pelangi pada tahun 2012 berperan besar dalam perkembangan usaha Ketam Isi Elcha.
"Jadi pariwisata itu sangat-sangat besar pengaruhnya. Karena waktu itu saya dibantu promosi dari guide wisata juga ke wisatawan," tuturnya kepada Posbelitung.co pada Sabtu (10/8/2024).
Semenjak 2012 itu, Mak Yuli mulai menerima pesanan yang meningkat drastis dari para wisatawan dan karyawan kantoran.
Bahkan pada saat itu, sempat penjualan ketam isi Elcha mencapai 20.000 pieces (pcs/buah) dengan omzet kotor menembus angka sekitar Rp 200 juta.
Dari keuntungan penjualan ketam isi, Mak Yuli bisa berangkat umrah ke tanah suci bersama keluarganya.
Kemudian, membangun rumah produksi di sebelah rumahnya, serta membeli mobil untuk mempermudah operasional.
"Alhamdulillah waktu itu bisa dikatakan puncaknya lah. Adek saya juga bisa menguliahkan anaknya dari hasil bantu-bantu membuat ketam isi ini," ungkapnya.
Sekarang ini, Mak Yuli tak menampik angka penjualan menurun dan produksi ketam isi hanya sekitar 5.000an buah per bulan.
Namun dirinya tetap bersyukur karena masih dapat bertahan di tengah kondisi ekonomi yang begitu sulit.
Sebenarnya, kata Mak Yuli, semenjak awal dirinya sudah memperhitungkan biaya produksi.
Sehingga di saat badai pandemi Covid-19 melanda, ditambah kondisi ekonomi sekarang ini, usaha Ketam Isi Elcha masih bertahan.
Ia menjelaskan, produksi skala rumahan ditambah pekerjanya yang melibatkan keluarga, mampu menekan biaya produksi.
Dengan kecilnya biaya produksi, otomatis Mak Yuli juga bisa menurunkan harga jual produknya.
Satu pak Ketam Isi Elcha berisi 10 ketam isi lengkap dengan sambalnya, dibanderol dengan harga Rp 100 ribu.
"Pekerja di rumah ini semuanya keluarga dan penjualan juga tetap di rumah, tidak sewa ruko. Alhamdulillah bebannya jadi berkurang, makanya kami tidak terlalu berpengaruh dengan kondisi sekarang ini," tuturnya.
Baca tanpa iklan