Sebelumnya, keripik goroho ini dibuat hanya sebagai untuk camilan keluarga.
Sebab, sebagai seorang ibu, Srinita terdorong untuk memberikan makanan enak, menarik, dan minim bahan pengawet atau sejenisnya untuk buah hatinya.
Lalu, ide tersebut menjadi lebih serius dilakukannya.
Terlebih, mengingat pisang goroho banyak diminati masyarakat Gorontalo.
Modal pertama yang ia gunakan untuk merintis usahanya saat itu hanya Rp 100 ribu.
Meskipun ia berstatus sebagai ASN dan Bhayangkari, tetapi ia tidak merasa minder untuk berjualan.
Bahkan, ia seringkali menawarkan usaha keripik goroho kepada teman-temannya.
Selain itu, Srinita juga menitipkan keripik goroho tersebut ke rumah makan dan warung-warung kecil.
Berkat kerja kerasnya, kini ia bisa mendapatkan omset mencapai puluhan juta rupiah per bulan.
"Modal awal saya hanya Rp 100 ribu, dan Alhamdulillah sekarang saya bisa mendapatkan penghasilan mencapai puluhan juta rupiah, untuk penghasilan kotor sekitar Rp 30 juta hingga 50 juta dan bersihnya itu Rp 20 juta per bulan," tambahnya.
keripik goroho Mhita Totabuan ini dibuat dengan berbagai macam varian rasa, di antaranya original, cokelat, susu keju, dan balado.
Harga yang ditawarkan untuk keripik goroho ini mulai dari harga Rp 5 ribu hingga Rp 25 ribu.
Produk keripik goroho milik Srinita juga bisa dijangkau oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Nama keripik goroho Mhita Totabuan punya makna tersendiri bagi Srinita.
Mhita diambil dari nama udara karena waktu kuliah ia pernah menjadi penyiar.
Sementara Totabuan merupakan salah satu nama daerah di Kotamobagu, yang mana pisang goroho tersebut diperoleh dari Kotamobagu, Sulawesi Utara.