"Unit kendaraan diduga selendangan (bodong). Kami koordinasikan dengan Reskrim untuk pendalaman," ucapnya.
Sopir ambulans juga belum mendapatkan sertifikat pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) dan belum mengikuti pelatihan mengemudi ambulans.
Kompol Agung Yudiawan menyatakan sopir tidak ditahan, namun mobil ambulans masih diamankan di Mapolresta Solo.
"Yang kita amankan barang bukti berupa mobil, dan STNK," bebernya.
Ketua Forum Ambulans Sukoharjo Bersatu (FAST), Wirawan, membenarkan sopir ambulans yang ditilang merupakan anggota paguyubannya.
Ia berharap anggota paguyuban tidak menyalahkan kepolisian lantaran kedua pihak sama-sama menjalankan tugas.
Baca juga: Helikopter Dikerahkan untuk Evakuasi Korban Bus Rosalia Indah, Videonya Mendarat di Tol Viral
Wirawan telah menemui sopir tersebut dan menyimpulkan ambulans membunyikan sirine bukan dalam keadaan darurat.
"Sebenarnya juga kita sudah sering sosialisasi terkait prioritas ambulans. Bahwa memang benar ambulans itu ada prioritasnya tapi kan juga ada batasnya."
"Dimana prioritas ambulans sesuai undang-undang itu memang hanya untuk yang membawa pasien atau akan mengambil korban laka lantas. Dalam arti ambulans yang diprioritaskan itu dalam kondisi emergency," jelasnya, Jumat.
Sementara itu, Wirawan yang mengatakan telah mengklarifikasi kepada sopir mobil ambulans yang kena tilang memaparkan bahwa kondisi saat kejadian memang bukan hal urgent hingga harus menyalakan sirine maupun menerobos lampu lalu lintas.
"Kita klarifikasi ke ambulans-nya juga, dari ambulans mitra gojek sendiri dia mau jemput pasien pulang kontrol. Setahu kita kalau orang pulang kontrol itu kan dalam keadaan stabil," kata dia.
Agar tidak terjadi gejolak di dalam paguyuban mobil ambulans, Wirawan pun telah mengimbau kepada anggotanya untuk tidak berkomentar berlebih terkait hal tersebut.
"Intinya saya mengimbau agar rekan-rekan menahan diri dan mengikuti aturan yang ada. Kita juga sudah berkomunikasi dengan rekan paguyuban di Sragen dan Karanganyar. Kan yang ada paguyuban kan cuma itu," himbaunya.
Lebih lanjut, Wirawan menerangkan ternyata munculnya komentar kontradiktif di media sosial bukan berasal dari anggota paguyuban, tetapi dari oknum di luar paguyuban.
"Muncul gerakan (ambulans mogok beroperasi) itu mulai di grup wa yang isinya campuran orang. Di situ munculnya bahasa-bahasa provokatif padahal kita sudah mewanti-wanti agar diserahkan kepada para sesepuh untuk menyelesaikan," terangnya.